55. Apa yang terjadi🏀

77 6 0
                                    

Karena khawatir dengan kondisi Segara, setelah selesai sekolah Lea memutuskan untuk mengunjungi cowok itu di rumahnya. Baru saja hendak mengetuk pintu rumah, Lea terkagetkan dengan Anita yang terlebih dulu membukanya.

"Eh, Lea?!" Anita tersenyum senang.
"Udah pulang?"

"Udah tante." Lea membungkuk dan salim.

"Garaa nya ada? Eh, maksudnya Segara tante," lanjutnya.

Mendengar pertanyaan itu, membuat Anita tertawa kecil. "Ada di kamar."

Anita menghembuskan napas lesu kemudian menggerakkan tangannya untuk mengelus ujung kepala Lea. "Segara lagi sedih banget. Sejak kemarin aja nggak mau di ajak bicara, mungkin gara-gara kalah kemarin."

"Tante kemarin lihat pertandingannya? dimana kok aku nggak lihat?" tanya Lea penasaran.

"Tante kemarin lihat dari live di kantor," jawab Anita. "Kamu tolong bujuk Segara ya, tante mau keluar dulu ada urusan."

Lea mengangguk paham. "Tante hati-hati ya."

Setelah Anita pergi, Lea langsung berlari menaiki tangga menuju kamar Segara. Cewek itu lalu menggerakkan tangannya untuk mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Garaa?"

Tidak ada balasan. Kamar tersebut terasa sunyi.

"Ini Lea. Bukain dong!" lanjutnya tapi masih tidak ada sahutan. Lea kemudian menempelkan indra pendengarannya di pintu berwarna cokelat itu. "Kamu nggak apa-apa kan?"

Masih tidak ada balasan bahkan cewek itu tidak mendengar sedikitpun suara. Lea panik, dalam pikirannya sekarang ia takut kalau telah terjadi hal buruk pada Segara. Detik selanjutnya Lea kembali mengetuk pintu dengan keras.

"Garaaaaa!!!!"

Tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok tok

Ceklek

Lea sedikit terhuyung ke depan saat Segara secara tiba-tiba membuka pintu. Penampilan cowok berkaos putih itu benar-benar tidak karuan. Rambutnya berantakan, mata yang merah beserta kantong matanya hitam, dan wajah yang sedikit pucat.

"Kenapa?" tanya Segara datar.

Melihat penampilan Segara yang tidak karuan membuat Lea mendekat, sedikit berjinjit untuk meletakkan punggung tangannya di dahi cowok itu. "Kamu sakit?"

Segara menggeleng lemas tanpa memperdulikan perkataan Lea, cowok itu berjalan dan duduk di ujung kasurnya.

"Kenapa nggak sekolah?" tanya Lea kembali, sambil duduk di samping cowok itu.

Tidak ada jawaban. Segara seakan membisu dengan tatapan matanya yang kosong.

"Se berarti itu ya?" lirih Lea membuat cowok itu mengangguk.

"Sejak kalah kemarin gue nggak bisa tidur. Saat coba buat tutup mata aja gue langsung inget pertandingan kemarin," ungkap Segara lalu menoleh kepada Lea. Cowok itu terkekeh.  "Laskar bener. Gue hanya orang gagal. Gue gagal ngebawa tim menang, gagal ngewujudtin impian temen, gagal di keluarga."

"Semua belum berakhir. Pasti masih ada cara." Lea menggenggam tangan Segara mencoba memberikan kekuatan.

"Ayah udah nggak bakal lihat gue lagi. Gue ngehancurin kesempatan satu-satunya!"

"Pasti masih ada! kamu jangan kaya gini. Masa kapten basket udah mau nyerah gitu aja. Coba lagi tahun depan!" kata Lea memberi semangat.

"Kalo gagal?"

SEGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang