41. Baikan?🏀

107 11 0
                                    

Suasana ruang ganti SMA Angkasa terlihat sangat sunyi. Tak ada satu pun dari mereka yang berkata sepatah katapun.

Meskipun dengan susah payah berhasil memenangkan pertandingan dengan SMA Antariksa dengan skor 68-66, mereka cenderung tidak senang sama sekali.

"Eh, kita beli es krim yuk!" ucap Ren memecah kesunyian.

Mereka semua menoleh pada Ren dan langsung paham maksud cowok itu. Kecuali Segara, yang sedari tadi hanya duduk sambil menundukkan kepalanya dalam.

"Kalian pergi aja dulu! gue sama Segara mau ngomong bentar," kata Gilang sambil berdiri. Membuat yang lainnya perlahan meninggalkan ruang ganti.

Drian menoleh pada ruang ganti setelah keluar dari sana. Pikirannya tidak terasa tenang saat ini. "Semoga masalahnya cepat selesai."

Bugh

Gilang memukul Segara sampai membentur loker. Membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Cowok itu benar-benar marah. Urat lehernya menonjol serta matanya melotot. "Mending lo nyerah aja sekarang! lupain Impian lo!"

Segara mendongakkan kepalanya, bibirnya bergetar. "Maaf."

"Gue tahu lo tadi main buat pelampiasan emosi kan?! ini yang paling gue benci dari sikap lo." Gilang mencengram jersey Segara. Tak ada perlawanan apapun dari cowok itu.

"Gue tahu lo lagi ada masalah, tapi jangan jadikan impian kita semua sebagai pelampiasan, ANJING!" bentak Gilang kemudian mendorong Segara hingga terjatuh.

Tak sampai disitu kini Gilang kembali mencengram jersey Segera yang belum sempat berdiri. "Sekali lagi gue lihat lo jadiin basket sebagai pelampiasan, gue bisa berbuat yang lebih dari ini."

Segara menatap Gilang dengan tatapan yang kosong. Mengapa dia bisa menjadi menyedihkan seperti ini?

"Besok enggak usah datang latihan, sebelum masalah lo selesai! muak gue lihat muka lo yang kaya gini," geram Gilang sebelum pada akhirnya meninggalkan Segara sendirian.

Segara perlahan mulai bangkit. Cowok itu menikmati setiap pukulan dan perkataan dari Gilang. Ia menyeka ujung bibirnya yang terluka. Gilang tidak pernah main-main dengan pukulannya. 

………….

Lea meletakkan sapunya di sudut kelas, cewek itu baru saja menyelesaikan membersihkan kelasnya. Sebanarnya ia tidak sendiri ada beberapa orang lain tapi mereka sudah pergi lebih dulu.

Lea berjalan lesu memikirkan bagaimana cara berbicara dengan Segara yang sekarang. Ia sudah mencoba mulai dari menghubungi dengan ponselnya dan mencoba berbicara tapi tetap saja cowok itu selalu menghindar.

Saat hendak keluar dari kelas, tanpa sengaja mata Lea melihat pada seseorang yang tengah bersandar pada pintu. Bella. "Bisa kita ngobrol bentar?"

Lea sebenarnya hendak menolak ajakan dari Bella sejak satu menit yang lalu. Lantaran tidak terlalu mengenal kakak kelasnya itu. Kedua remaja itu kini baru saja tiba di taman sekolah.

"Kak Bella mau ngomong apa?" tanya Lea sedikit memiringkan kepalanya.

Bella menoleh menatap Lea dengan tatapan yang sulit diartikan. Kedua tangannya terangkat ke arah wajah cewek itu.

Menyadari Bella akan melakukan sesuatu yang kasar Lea langsung menutup matanya. Namun tanpa di duga, Bella justru mencubit kedua pipi Lea dengan sangat gemas.

'Lucu banget sih lo. Iiiiih gemes deh. Fix sekarang lo harus jadi adik gue." Bella mulai mencubit, memeluk, dan menggoyangkan bahu Lea, gemas.

"Kak Bella sakit!" Lea menepis tangan Bella. Ia terkejut lantaran cewek itu melakukan hal yang diluar pikirannya.

SEGARA Where stories live. Discover now