27. Lautan dan Segara🏀

122 10 0
                                    

Lea berjongkok lalu membuka kaleng whiskas yang dia bawa. Kemudian menuangkan isinya pada tempat makan kucing yang bertuliskan Miko. Terhitung sudah tiga hari Segara tidak pulang ke rumah. Dan sudah tiga puluh tujuh kali cewek itu mencoba menghubungi Segara dan tidak membuahkan hasil.

Jujur Lea merindukan Segara, meskipun menyebalkan tapi rasanya akan sangat kurang jika satu hari saja tidak menjahili cowok itu.

Meowww.

Lea menipiskan bibirnya ketika Bob berlari menghampirinya dan dengan lahap memakan makanannya. Dengan lesu cewek itu secara perlahan mengelus punggung kucing itu.

"Kamu tau enggak Garaa lagi dimana?" tanya Lea meskipun dia tahu kalau tidak aka nada jawaban dari kucing itu.

Meowww.

Lea memiringkan kepalanya melihat kepala Miko. "Enggak?" Lea menghembuskan nafasnya lesu.

"Kasihan tante Anita sedih terus. Kamu kalo liat Garaa bilangin cepat pulang ya!"

Meowww.

"Pinter," ucap Lea meskipun dia tidak mengerti maksud dari ucapan hewan berbulu orange itu.

Setelah selesai dengan makanan kucing, Lea kemudian mencabut rumput yang cukup panjang di sampingnya. Kemudian menggunakan rumput tersebut untuk bermain dengan Miko.

Meskipun terkesan seperti orang tidak memiliki pekerjaan padahal memang itu faktanya. Tapi itu cukup membuat suasana hatinya menjadi lebih baik dengan bermain dengan bermain bersama kucing itu.

Suara deruman motor tiba-tiba saja terdengar. Membuat Lea menoleh ke sumber suara dengan penuh harapan. Namun bukan Segara. Melainkan Gilang. Cowok itu langsung masuk ke halaman rumah itu ketika melihat gerbang masih terbuka lebar. Hal itu membuat Lea mengerucutkan mulutnya kecewa.

Gilang membuka helm full face nya. Lalu melihat Lea yang masih bermain dengan Miko. "Heh, lo gak ada kerjaan sampe mesra-mesraan sama kucing."

"Biarin. Kamu ngapain ke sini?" tanya Lea sembari berdiri dan membuang rumputnya secara asal, membuat Miko kecewa. Kucing itu kini beralih berguling di kaki Lea, menghilangkan rasa gatal.

"Tante Anita gimana? baik-baik aja kan?" tanya Gilang.

"Jujur aku kasihan banget lihat tante Anita setiap malam dia nangis terus. Makan aja sehari cuma sekali," jawab Lea menjelaskan semua yang dia tahu. "Gimana udah ada yang tahu Garaa dimana?"

Gilang menghela nafas panjang. "Anak-anak yang lain masih coba nyari tapi belum ada hasil," Cowok itu menjeda ucapannya untuk berfikir sejenak. Semua tempat favorit Segara sudah dia datangi. Apakah ada tempat yang terlewatkan? tempat yang benar-benar identik dengan cowok itu.

Tiga detik kemudian. Gilang perlahan membulatkan matanya dan menjentikkan jarinya. Dia teringat sesuatu. "Gue tahu dimana dia."

"Dimana?" tanya Lea dengan heboh sekaligus senang. Dia sungguh tidak sabar.

"Lo ikut gue sekarang!"

..........

Sudah hampir dua jam Gilang dan Lea menyusuri jalanan, bahkan kini mereka berdua sudah keluar dari jalanan kota.

Lea merasakan pegal sekaligus nyeri di area pantatnya karena terlalu lama duduk. Cewek itu sesekali bertanya pada Gilang tapi tidak ada jawaban, seperti berbicara pada batu. Entah antara tidak mendengar atau lebih memilih diam. Gilang dengan kecepatan tinggi tetap fokus pada jalanan.

Lea mengecurutkan bibirnya. Beberapa detik kemudian dia menoleh menembus kaca helmnya. Melihat dengan jelas lautan yang berwarna biru sudah ada didepan matanya bahkan suara ombak yang begitu khas bisa terdengar melalui telinganya.

SEGARA Where stories live. Discover now