44. Ren dan Ganendra🏀

95 8 0
                                    

Hari demi hari terus berlalu. Satu persatu pertandingan berhasil SMA Angkasa lewati, meskipun selalu ada kesulitan di setiap permainan, mereka tetap bisa melewatinya dengan baik. Keringat yang menetes bagaikan tanda perjuangan mereka selama ini.

Begitu juga dengan SMA Andromeda dan SMA Cakrawala yang juga terus melaju ke babak selanjutnya. Terutama Alvares, yang sudah tidak sabar untuk berhadapan dengan Segara dan yang lainnya.

Kini SMA Angkasa berhasil mencapai 16 besar. Tinggal beberapa tahap lagi agar mereka dapat menepati janji mereka dengan Alvares.

Ren mendribble bola basket hingga mencapai area three point. Di babak 16 besar, SMA Angkasa kini tengah berhadapan dengan SMA Erlangga.

Ren kini tengah mengatur jalannya pertandingan, bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari pemain yang bisa di beri umpan.

"Lang?!"

Brak

"Ceroboh banget sih lo!" pekik Eza. Pemain SMA Erlangga yang berhasil mencuri bola dari tangan Ren.

"Sialan!" Ren dengan cepat berlari mencegah Eza melakukan lay up. Namun gagal Eza berhasil mencetak angka, memperbesar jarak pointnya.

Bel akhir dari kuarter tiga berbunyi. Semua pemain kembali ke tempatnya masing-masing.

Ren berdecak kesal. Di Pertandingan kali ini, ia sudah melakukan melakukan turnover sebanyak lima kali. Di kuarter terakhir mereka harus mengejar ketertinggalan sembilan angka.

Coach Dean kini tengah kembali mengatur pola permainan kembali. "Untuk kuarter ke empat, kita gunakan dua-tiga zone defence! mereka mempunyai drive yang bagus, tapi untuk menembak tiga angka mereka kurang."

"Ganendra kamu masuk, gantikan Ren!" perintah Coach Dean. Mau tidak mau Ren harus diganti karena performanya yang buruk kali ini.

Ren membulatkan matanya. Kedua tangannya mengepal. Cowok itu langsung bangkit dari duduknya. "Tapi coach saya masih bisa main! sedikit lagi-"

"Ren! sorry tapi yang dikatakan coach  bener. Lo terlalu emosi kali ini," potong Segara sambil memegang bahu orang yang ada disampingnya.

Ganendra berdiri dan melepas kaos latihannya. "Percaya sama gue! kita bakal menang." Ganendra mengepalkan satu tangannya, mengarahkannya pada Ren.

Ren menepis tangan Ganendra dengan kasar. "Berisik. jangan sampai kejadian tahun lalu ke ulang lagi!"

Ganendra menghela napas panjang pasrah. Apakah se bersalah itu dia dimata Ren sampai tidak mau memaafkannya?

Bel pertandingan terakhir telah dimulai. Ren dengan kesal duduk dibangku cadangan dan meletakkan handuk di atas kepalanya. Ia marah sekaligus kesal lantaran harus digantikan dengan Ganendra.

Kedua tim kini kembali lagi ke lapangan.

Eza meletakkan kedua tangannya di pinggang. Jujur ia senang karena bisa berhadapan dengan Ganendra. "Akhirnya lo main Dra, pertandingan enggak bakal seru kalo dia yang main."

Ganendra terkekeh pelan. "Udah lama ya kita nggak ketemu?"

"Terakhir tahun lalu," balas Eza.

Pertandingan kini kembali dimulai, Ganendra mendribble bola yang langsung saja dihadang oleh Eza.

"Enggak bakal gue kasih lewat!" Eza menjaga dengan seluruh kemampuannya.

Ganendra melakukan gerakan dribble dengan sangat cepat hingga membuat Eza terjatuh, karena ritme bola dan gerakan cowok itu sangat cepat.

"WOWWWW!"

Suara teriakan penonton yang begitu heboh.

Setelah melewati Eza, Ganendra melewati dua orang pemain yang lainnya, cowok itu mengoper bola pada Segara. Dan berhasil diselesaikan dengan Lay up oleh cowok itu.

SEGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang