47. Semifinal🏀

87 9 0
                                    

Segara melakukan crossover ke kanan, melewati lawannya dengan begitu mudah dan diakhiri dengan lay up. Cowok itu tengah bermain basket di lapangan rumahnya.

"Masa gitu aja udah nyerah?" sindir Segara.

"Ya kamu jangan serius dong mainnya!" kesal Lea sambil memegang kedua lututnya. Karena ini hari libur dan lama tidak bertemu, kedua remaja itu memutuskan untuk bermain basket bersama.

Lea meminta Segara untuk mengajarinya bermain basket. Setelah selesai memberikan dasar-dasar, Lea menantangnya untuk bertanding one on one. Bagaikan singa yang melawan hamster, Segara bermain serius tak mau mengalah satu point pun.

Segara yang menggunakan kaos tanpa lengan berwarna putih itu menghela napas, setelah memungut bola basketnya. Ia kemudian berjalan ke arah Lea dan menyentil dahinya.

"Garaa sakit! bodoh!" umpat Lea.

Mendengar umpatan Lea hanya dibalas Segara tersenyum gemas sambil memberikan bolanya. "Gue ajarin shooting."

Lea yang awalnya marah langsung berubah saat melihat senyum manis cowok itu. Cewek itu pada akhirnya menurut dan menuruti setiap penjelasan dari Segara.

Setelah merasa paham Lea akhirnya mencoba mempraktekkan apa yang ia pelajari.

Segara yang melihat Lea melakukan shoot hanya bisa menggelengkan kepala sambil bersedekap. "Empat kali gagal dari lima percobaan? shoot lo bisa lebih jelek lagi nggak?"

Lea yang akan menembak menghentikan aktivitasnya. Perkataan Segara begitu menyakitkan. Wajahnya langsung menjadi lesu. "Maaf. Aku kan baru pertama kali coba."

Ditengah lesunya Lea, secara tiba-tiba Segara mengangkat kedua tangan cewek itu dari belakang. Membuat kedua mata cewek itu membulat. "Gue bantuin cara yang bener."

"Pertama, mata harus lihat ring. Kaki dibuka sebahu. Pegang bola samping bawah pake kedua telapak tangan dan jari-jari yang ke buka!" jelas Segara.

Bukannya mendengarkan perkataan Segara. Lea justru memperhatikan wajah cowok itu yang begitu dekat dengannya. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar kencang. Seperti ada banyak kupu-kupu bertebangan di hatinya. Segara benar-benar membuatnya jatuh semakin dalam.

Segara menoleh yang mengakibatkan kedua mata mereka saling bertemu. Melihat mata Lea yang begitu indah membuatnya seperti terhipnotis untuk semakin dekat. "Lihat ke ring jangan gue, Leaaa!"

Lea yang tersadar spontan menggelengkan kepalanya. "I-iya, terus ini gimana?"

Segara melepaskan pegangannya. "Tembak!"

Lea lalu melaksanakan perintah Segara. Benar saja bola tersebut melambung dan masuk mulus ke dalam ring. Membuat ring tersebut mengeluarkan suara khasnya. Hal itu membuat Lea merasa takjub. "Masuk."

Segara lalu meletakkan telapak tangannya di ujung kepala cewek itu dan mengelusnya. "Latihan terus nanti juga bisa!"

Lea tersenyum lebar, namun sedetik kemudian ia menyadari sesuatu. Cewek itu menepis tangan Segara dan berjalan menipiskan jarak diantara keduanya. Lea berjinjit meneliti cowok itu dari dekat.

Merasa ada yang aneh, Segara memperhatikan tubuhnya sendiri dengan bingung. "Kenapa sih?"

"Kamu kok tambah tinggi sih?!" Lea kemudian berdiri di samping Segara dan mengukur tingginya. Sebahu. Tapi ia terasa lebih pendek. "Kamu berapa sih tingginya?"

Segara memiringkan kepalanya berusaha mengingat. "Terakhir cuma 178."

"Cuma, cuma. Pasti sekarang udah 180. Aku kok enggak naik-naik ya?" tanya Lea bingung.

SEGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang