58. Kenyataan🏀

100 6 0
                                    

Setelah selama dua minggu berjuang antara hidup dan mati, Segara pada akhirnya bangun dari komanya. Hari ini adalah hari kedua cowok itu kembali membuka matanya. Keadaan Segara kini kian membaik dan sudah bisa bergerak seperti biasa. Namun akibat pukulan Laskar untuk sementara mata kirinya harus ditutup menggunakan perban yang berwarna putih.

Banyak hal yang terjadi selama dua minggu terakhir. Bahkan Segara tidak mengingat beberapa kejadian yang telah ia lalui, para anak Alaska memutuskan untuk tidak memberi tahunya sampai waktu yang tepat agar kondisi Segara tidak semakin memburuk. Termasuk kepergian Gilang.

Segara kini menoleh menembus kaca jendela. Menatap kosong langit biru serta burung yang bertebangan dengan indah. Cahaya matahari kini menembus kaca jendela mengenai tubuh Segara, seakan memberikan harapan yang baru.

"Popipopipopipo, kamu kaya bajak laut deh." Lea menowel-nowel pipi Segara menggunakan jari telunjuknya mencoba membujuk cowok itu untuk makan. "Makan dong! biar cepet sembuh."

"Gue nggak laper! Makanan rumah sakit nggak enak!" tolak Segara.

Lea berdecak lalu mengerucutkan bibirnya. "Tapi kamu dari pagi belum makan….. udah satu sendok aja kalo gitu!” bujuknya sambil menyodorkan sesendok makanan di depan bibir cowok itu.

"Gue bilang enggak ya enggak Lea!" Segara menepis makanan itu lalu secara refleks memegang kepalanya sendiri.

"Kamu kenapa? sakit? pusing? Mau dipanggil dokter? Mual?" tanya Lea cepat sekaligus khawatir.

"WOI BERISIK!" bentak Segara lalu memijat pelipisnya. "Gue pegang kepala doang!"

"Yaudah sih, jangan marah-marah!" Lea lalu beralih mengambil satu cup es krim rasa cokelat yang tadi ia beli di atas nakas lalu memakannya dengan asyik. Hal itu mencuri perhatian Segara membuat cowok itu seketika menginginkan makanan dingin tersebut.

Segara menepuk pundak Lea membuatnya menoleh. "Gue minta dikit dong."

Melihat mata Segara yang memelas, membuat Lea tersenyum jail, cewek itu menyendok es krimnya lalu menyodorkannya ke mulut Segara. "Nih, buka mulutnya kereta mau masuk!"

"Ets," baru saja Segara hendak merasakan nikmatnya es krim, Lea langsung menarik kembali sendok plastiknya lalu memakan es krim tersebut dengan asyik. Layaknya seorang anak kecil. "Emmmmm, enak. Orang sakit nggak boleh makan es krim!"

Segara berdecak kesal. Namun, tiba-tiba ia tersenyum tipis. Entah mengapa ketika melihat Lea membuatnya merasa begitu senang. Ia merindukan seluruh tingkah cewek itu.  Mungkin karena sudah dua minggu cowok itu tidak melihat siapapun selain kegelapan dan ketakutan akan kematian.

Detik selanjutnya, Segara mencondongkan tubuhnya lebih dekat ke Lea yang sedang memunggunginya, lalu menepuk pundaknya kembali, memanggilnya.

"Apa si-" Lea berbalik lalu menelan sisa kalimatnya bersamaan dengan es krimnya yang terjatuh, saat Segara tiba-tiba menciumnya di bibir. Hangat. Segara seolah meluapkan semua perasaannya. Waktu terasa membeku kecuali keduanya.

Segara melepaskan tautan bibir mereka dan menatap Lea dari jarak yang begitu dekat dekat. "Gue pikir nggak bakal bisa lihat lo lagi."

Lea diam, melihat Segara yang menatapnya dengan mata yang penuh kerinduan. Cewek itu tersenyum, senyuman yang lebih lebar dari biasanya yang bisa dilihat orang lain, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih udah kembali."

SREEEKKKK!!

Terdengar suara orang menggeser pintu.

"Eh, sorry ganggu ya?" spontan Ren beserta anak Alaska lain dibelakangnya yang baru saja membuka pintu. dan mendapati Lea dan Segara langsung menjauhkan tubuh satu sama lain. Mereka merasa tidak enak karena masuk dengan waktu yang tidak tepat.

SEGARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang