Chapter 9

680 82 22
                                    

Halo kembali lagi dengan author😄.

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini.

Nanti author akan usahakan buat update ya karena author sudah mau UTS, kira-kira dua Minggu lagi.

Tapi tenang saja draft cerita ini sudah sampai 15.

Tapi tergantung mood author mau update atau tidak hehe.

Baiklah sampai di sini dulu ya basa-basinya.

Happy reading semuanya!!!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
-----------------------------------------------------------

Solar membuka kran air di wastafel lalu membasuh wajahnya, dia menatap sendu ke arah pantulan cermin yang menampilkan wajahnya yang terlihat sedikit pucat.

Senyum getir ia sunggingkan sebelum air matanya kembali menetes.

"Ah sial, aku kok lemah banget sih." gumamnya lalu menghapus kasar air mata miliknya.

Saat hendak keluar dia di hadang oleh Rion, Noah dan Alan.

Membuat Solar lantas terkejut hingga mundur beberapa langkah.

"Astaga keberuntungan apa ini teman-teman, mangsa kita sudah ada di depan tanpa perlu kita repot-repot mencarinya." kata Rion sambil menyeringai senang.

Keberuntungan apanya, ini mah kesialan untukku. batin Solar.

Saat Rion dan kedua antek-antek nya jalan mendekatinya, Solar langsung mundur beberapa langkah hingga ia tidak bisa kemana-mana lagi karena dinding di belakangnya.

Dia di kepung.

"Haha, Solar....Solar mau kabur kemanapun kau gak bakal bisa kabur dari kami." kata Rion lalu menatap Solar remeh, tangannya ia angkat untuk mengelus rambut Solar saat mengatakan hal itu.

Setelahnya langsung dia Jambak dengan kuat membuat Solar meringis.

Rion membanting tubuh Solar ke samping, membuat Solar langsung jatuh terduduk sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

Rasa-rasanya seperti ubun-ubun nya hampir copot.

Solar lantas mengasuh kala perutnya di tendang oleh Noah hingga membuatnya meringkuk sambil mencengkram perutnya.

"Alan tutup pintunya, tidak ada seorangpun yang boleh menganggu kesenangan kita." titah Rion membuat Alan lantas mengunci pintu kamar mandi.

Membuat Solar pada akhirnya hanya bisa tersenyum miris, pasrah akan keadaannya yang selanjutnya akan terjadi.

Tak lama dapat Solar rasakan berbagai tendangan dan pukulan yang di layangkan untuknya.

Solar hanya bisa sesekali meringis sakit.

Air matanya perlahan turun, apakah dia harus terus seperti ini.

Lemah.

Solar kau lemah sekali.

Itu adalah pikiran Solar setiap ia di bully.

Tidak ada satupun yang bisa dia lakukan untuk melindungi dirinya sendiri.

Dia hanya bisa memasrahkan dirinya saja.

Hingga Solar sudah mulai babak belur barulah mereka bertiga berhenti memukulinya.

"Okey guys sudah cukup sampai di sini untuk hari ini." ujar Rion setelah puas melihat keadaan Solar yang tak berdaya.

Dia berjongkok lalu menepuk kepala Solar beberapa kali dengan kuat.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang