Chapter 38

598 77 22
                                    

Halo semuanya.

Tolong siapkan stok kesabaran yang banyak buat chapter ini dan chapter berikutnya.

Di sini sudah sedikit terungkap alasan keluarganya Solar benci dengan dirinya.

Chapter berikutnya bakalan terungkap semua.

Jadi stay tune dan jangan lupa buat vote dan komen nya yah.

Happy reading semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Terkadang kala Solar selalu berpikir kapan dia bisa mendapatkan kasih sayang dari keluarganya.

Setiap kali dia melihat orang di luar sana yang berbahagia dengan keluarganya, Solar berpikir kapan ya hari dimana dia akan di sayang itu tiba.

Solar juga ingin pergi piknik bersama keluarganya seperti kebanyakan orang lakukan, bahkan walau piknik di halaman rumah pun tidak masalah.

Solar tidak keberatan.

Dia bisa saja kan menikmati makanan yang sudah di siapkan Ibu dan kakak ketiganya.

Atau tidak sambil membaca buku lalu di ganggu oleh ketiga kakak trio trouble maker, yah itu cukup membuat kesal nantinya.

Atau melihat Ice yang tertidur dengan jarak yang sangat dekat, dan melihat Halilintar menatap ke semua adiknya dengan pandangan hangat. Walau raut wajahnya terkesan datar, namun matanya tidak bisa berbohong.

Jika bisa Solar juga ingin bermanja pada Ibunya, menanyakan banyak hal pada Ayahnya.

Namun walau Solar membayangkan nya terus menerus, hal itu tidak pernah mampir dalam hidupnya.

Solar terlalu berekspektasi tinggi.

Kini dia tengah berada di sebuah pantai, bersama dengan Sopan. Setidaknya tidak seburuk itu karena dia tidak sendirian.

Dia di sini karena Sopan berkata ingin melihat sunset, maka Solar segera saja mengajak Sopan menuju pantai yang terkadang ia kunjungi saat merasa lelah.

"Di sini indah banget Kak Solar, lihat lautnya sangat jernih sekali." seru Sopan semangat, sejujurnya Sopan baru saja pergi ke pantai untuk pertama kalinya. Dan dia sangat suka berada di pantai, dia harus banyak berterima kasih pada Solar yang rela ijin kerja dan membawanya kemari.

Solar terkekeh pelan, dia suka melihat raut wajah antusias Sopan yang menatap berbinar pada laut, "Kau ingin main air." ujar Solar membuat Sopan menatapnya.

"Bolehkah?" tanyanya lugu dan Solar mengangguk, sambil berdiri menyusul Sopan yang sudah berdiri sejak tadi. Dia mengacak rambut Sopan lembut membuat mata Sopan terpejam, menikmati perlakuan Solar.

"Siapa yang bilang tidak boleh, tapi kita main di tepi nya saja ya kalau mau mandi gak bawa baju ganti soalnya. Nanti yang ada kita pulang basah-basahan dan kau akan jatuh sakit Sopan." ujar Solar sambil mengelus pipi Sopan.

Sopan tersenyum tipis, hatinya menghangat mendapat perlakuan seperti itu, di tambah Solar yang mengkhawatirkan dirinya.

"Baiklah aku paham Kak, kalau gitu ayo main air dulu sambil tunggu matahari terbenam." kata Sopan yang segera menarik tangan Solar, mendekati laut.

Dan Solar sedikit kewalahan mengikuti langkah semangat Sopan, namun Solar senang melihat bagaimana cara anak itu tersenyum lebar.

Atau dengan polosnya tertawa saat kakinya tersapu air ombak.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Onde histórias criam vida. Descubra agora