Chapter 32

589 71 18
                                    

Halooo!

Baik maafkan author jika chapter ini agak rada gak jelas, tapi semoga kalian suka dan menikmati saat membacanya.

Sudah ya sekian dulu dari author.

Happy reading semuanya!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Solar kini tengah berada di sebuah taman, duduk di bangku yang ada di sana sambil menunggu seseorang. Dia tidak pergi bekerja hari ini karena restoran sedang libur selama dua minggu, di karenakan bos mereka ada acara yang mengharuskannya untuk tutup selama itu. Tapi tidak apa Solar setidaknya bisa sedikit terbebas, dari pekerjaan sebagai pelayan. Karena dia sendiri sudah mempunyai satu pekerjaan baru sebagai kasir di sebuah swalayan.

Solar menatap dengan datar ke depan, dia tidak tertarik dengan pemandangan di depannya.

Hanya menatap sekilas saja lalu kembali menatap lurus ke depan tidak menoleh ke kanan atau ke kiri.

Hingga akhirnya ada sebuah tepukan yang jatuh di bahunya membuat Solar melihat ke pelaku yang sudah menepuk bahunya.

Ternyata itu adalah Sopan yang kini sedang tersenyum tipis pada Solar.

"Kakak menunggu lama?" tanya Sopan.

"Tidak juga, kemari dan duduklah." Solar menepuk bagian bangku yang masih kosong di sebelahnya, lantas Sopan pun langsung duduk.

"Kakak tadi melamun apa, sampai-sampai tidak sadar aku sudah menatap Kakak dari arah sana." Sopan menunjuk ke arah seberang, karena dari kejauhan dapat Sopan lihat Solar yang sepertinya sedang melamun di tempatnya. Entah apa yang Solar pikirkan tapi Sopan sedikit sakit melihat tatapan yang Solar keluarkan, hanya ada kehampaan yang dapat Sopan lihat. Sama seperti tatapan matanya yang semakin lama makin meredup.

Jadi Sopan sedikit bisa mengira-ngira apa yang terjadi.

Solar hanya tersenyum berusaha memperlihatkan dirinya baik-baik saja, "Aku tidak kenapa-kenapa sedikit kepikiran soal tugas." jawabnya.

"Kakak bohong kan, lagipula Kak Bensin sudah pintar jadi tidak mungkin melamun hanya karena memikirkan tugas." kata Sopan yang sontak mengundang rasa kesal dari Solar, di karenakan anak itu memanggil nya dengan sebutan bensin lagi.

"Hei hentikan jangan panggil aku dengan nama bensin, panggil saja Solar." gerutu Solar kesal.

Sopan hanya tertawa pelan mendengarnya, dia tertawa sambil menutup mulutnya.

Sungguh anak yang sangat sopan seperti namanya.

"Maaf aku hanya bergurau Kak, lagipula ini salah Kakak duluan yang membohongi ku." jawab Sopan yang mengundang dengusan kesal dari Solar.

"Terserah kau." balasnya kesal.

"Maafkan aku ya Kak." ujar Sopan seraya tersenyum sambil menatap Solar.

Solar langsung mengalihkan pandanganya, urgh sungguh Sopan terlihat sangat imut di matanya.

"Baiklah-baiklah akan ku maafkan." ujarnya tanpa melihat Sopan membuat Sopan hanya terkekeh kecil melihatnya.

"Oh ya tadi kenapa Kakak melamun, jangan coba berbohong lagi ya Kak." kata Sopan membuat Solar meliriknya sekilas, lalu menghela nafas.

"Aku hanya kepikiran dengan kegiatan camping yang sekolah lakukan, aku sendiri tidak mungkin bisa ikut karena terkendala biaya." kata Solar membuat Sopan memandanginya sendu.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now