Chapter 33

582 72 33
                                    

Warning ada kekerasan!

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini😁.

Btw udah bau bau mendekati ending loh🤭.

Segini dulu dari author.

Happy reading semuanya!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Solar kini tengah membereskan rumahnya, besok para kakaknya pulang setelah menghabiskan waktu selama lima hari untuk camping.

Yah Solar walau tidak bisa ikut dia sedikit senang, setidaknya dia ada waktu libur di rumah dan menggunakan waktunya untuk mencari pekerjaan sampingan sementara.

"Beres juga." Solar bergumam pelan sambil menyeka peluh keringat di dahinya, dia tersenyum menatap seisi rumah yang sudah bersih. Solar mengangguk pelan senang dengan kerja kerasnya.

Tidak lama dia mendengar suara pintu rumah yang terbuka.

"Cucu-cucu Atok, kalian dimana." Ah ternyata itu adalah Tok Aba yang datang berkunjung, mungkin dia mengira keenam kakaknya sudah pulang.

Tok Aba sedikit terkejut menatap ke arah Solar yang berdiri dekat sofa ruang keluarga sambil memegang sapu, sedangkan Solar sendiri mencengkram kuat sapunya sambil menggigit pipi bagian dalamnya.

Apalagi saat melihat raut wajah Tok Aba terlihat sinis tidak lama setelah mengetahui ada dirinya di sini.

"Kenapa kau ada di sini." Terdengar nada tak suka yang di lontarkan sang kakek, membuat Solar perlahan berjalan mundur.

"A-aku cuman membereskan rumah saja." balas Solar pelan namun Tok Aba masih bisa mendengarnya karena di rumah ini hanya ada mereka berdua.

Solar tidak berani memanggil kakeknya dengan sebutan Tok, seperti yang kakak-kakaknya lakukan. Pernah sekali dia memanggil seperti itu dan selanjutnya ia dimarahi oleh Tok Aba, lalu kedua orang tuanya juga menghukumnya karena telah membuat Tok Aba marah. Makanya kadang Solar tidak berani asal ceplas-ceplos menyebut Tok di depan kakeknya sendiri.

Padahal dia masih salah satu cucunya, namun perlakuan yang dia terima sangat berbeda jika harus di bandingkan keenam kakaknya.

"Segera pergilah dari hadapanku, kau sangat menganggu." ujar Tok Aba dingin, membuat Solar lantas tersentak kaget. Solar menunduk, merasa sedih dengan ucapan sang kakek.

"Padahal aku juga cucu Kakek, tapi kenapa hanya aku yang di perlakukan berbeda." kata Solar pelan namun Tok Aba dapat mendengar karena suasana di antara mereka hanya di isi keheningan.

Mendengar perkataan Solar itu lantas menyulut emosi Tok Aba, "Kau bilang apa hah! Kau cucuku! Sejak kapan aku menganggap mu cucuku, para cucuku hanya enam bukan tujuh!" bentak Tok Aba kuat. Solar tersentak kaget, tidak menyangka kakeknya mendengar ucapannya.

Solar lantas mundur perlahan saat Tok Aba berjalan menghampirinya, "Ma-maaf.." kata Solar pelan.

Walau sudah tua namun tenaga Tok Aba tidak bisa di bilang lemah, tak lama kerah baju Solar di tarik sang kakek. Solar menutup matanya takut, dia sampai menggigit bibirnya pelan saling takutnya dengan sang kakek yang tengah menatapnya nyalang.

"Aku sangat membenci mu sangat, kau hanyalah pembawa sial di keluarga ini, kau bukan bagian dari keluarga ini. Karena dirimu aku harus kehilangan istri yang sangat ku cintai, karena kau! Kauuu!!! Istriku harus pergi meninggalkan ku! Sampai mati pun aku tak akan pernah sudi menganggap mu bagian dari keluarga kami!!" Tok Aba berteriak marah dia mencengkram bahu Solar kuat sambil mengguncang nya ke depan dan belakang. Solar sendiri perlahan air matanya sudah turun, kata-kata sang kakek sungguh melukai hatinya yang dari awal memang sudah terluka itu. Ah apa dia pantas menyebut Tok Aba adalah kakeknya, sedangkan Tok Aba sendiri yang mengatakan bahwa dia bukanlah bagian dari keluarga ini.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now