Chapter 51

1K 102 32
                                    

Maaf sudah menggantung cerita ini selama empat hari.

Author sempat sakit sih tapi cuman pusing sama demam doang, tapi karena pusing jadi agak susah nulisnya.

Jadi maaf jika menunggu sedikit lama.

Oh ya maaf kalau cerita ini rada gak jelas, soalnya author langsung gas satu kali di hari ini daripada gak update sama sekali.

Ku harap kalian masih suka ya.

Jangan lupa tekan tombol vote dan berikan komentar nya biar author makin semangat.

Kalau soal update an selanjutnya author gak tahu kapan ya hehe.

Soalnya mendekati ending bukannya lancar idenya malah stuk.

Ya sudah sekian dari author sampai di sini.

Happy reading semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Usai membereskan pakaian-pakaian mereka, Halilintar dan Taufan kembali ke rumah sakit. Namun sebelum itu mereka sempat membeli makanan untuk di makan bersama, tak lupa juga dengan beberapa cemilan.

Saat sampai di rumah rawat Solar mereka berdua sedikit terkejut saat mendapati seluruh saudara mereka tengah tertidur.

Dengan Ice yang tidur di sofa dengan menjadikan paha Blaze sebagai bantalan nya, dan Blaze yang tidur sambil duduk.

Thorn tidur di salah satu ranjang yang ada di sebelah ranjang pasien, maklum ada tambahan ranjang untuk pasien di ruang rawat VVIP.

Sedangkan Gempa tertidur sambil duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Solar, posisinya membungkuk dengan tangannya yang tengah menggenggam tangan Solar yang tidak di infus.

Melihat hal itu Halilintar dan Taufan segera menaruh bawaan mereka, mengambil dua selimut dan menyelimuti ketiga adik mereka yang lain kecuali Thorn, karena di ranjang itu juga sudah tersedia sebuah selimut.

Halilintar menyelimuti dengan pelan Blaze dan Ice yang tampak tertidur lelap, dia mengusap kepala Blaze dan Ice bergantian. Senyum tipis dia keluarkan saat melihat interaksi kedua adiknya, sedangkan Taufan dengan pelan menyelimuti Gempa lalu mengusap lembut kepala sang adik, membuat yang di usap menjadi semakin nyaman dalam tidurnya.

"Giliran kita bawa makanan mereka malah tidur semua." ujar Taufan sangat pelan hampir seperti berbisik, dia tak ingin membangunkan para adik-adiknya.

"Mereka mungkin lelah." balas Halilintar seadanya.

Lalu dia berjalan ke arah sebuah sofa yang berada di sebelah sofa yang tengah Blaze dan Ice pakai. Di ikuti oleh Taufan yang turut duduk di sampingnya, beruntungnya di ruang rawat ini juga tersedia dua sofa jadi mereka tidak perlu terlalu bingung untuk tidur dimana.

Halilintar melirik pelan pada Taufan yang terlihat berusaha menahan matanya mati-matian agar tak tertutup, kantuk mulai datang padanya namun Taufan memaksakan dirinya agar tidak sampai tertidur.

Halilintar yang melihatnya lantas mendengus, "Kalau ngantuk tuh yah tidur, jangan coba kau paksakan untuk tetap terus terjaga." ujar Halilintar dengan nada ketus.

Taufan langsung menggeleng, "Aku gak boleh sampai tertidur kalau tidak nanti artinya hanya Kak Hali saja yang akan terjaga, aku juga mau menjaga adik-adikku." balas Taufan yang sedetik kemudian langsung menguap lebar. Melihat hal itu Halilintar hanya bisa menatap Taufan dengan datar, baru saja bilang gak mau ketiduran tapi malah menguap lebar.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now