Chapter 35

623 72 35
                                    

Halo semuanya author kembali lagi.

Hehe maaf sudah menghilang selama tiga hari, tapi tenang saja chapter kali ini lumayan panjang author nulisnya.

Sampai 3500 word lebih yang sudah author tulis hehe.

Jadi semoga kalian suka.

Tapi jangan lupa vote dan komennya biar author makin semangat buat lanjutinnya ya.

Happy reading all!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Paginya, Solar terbangun dengan seluruh tubuhnya yang terasa sangat lemas, kepalanya seakan tertimpa batu besar hingga untuk sekedar mendongak pun Solar tidak kuat.

Telinganya terasa berdengung membuat Solar hanya bisa menutup matanya pasrah.

Tapi dia tetap harus beranjak untuk bersiap pergi sekolah, tapi jangankan untuk bersiap bahkan duduk saja rasanya Solar tak sanggup.

Jadi dia harus merangkak untuk mengambil baju dan pergi ke kamar mandi.

"Huekk...." Baru saja memulai hari tapi Solar sudah memuntahkan darah tak lama setelah ia sedang menyiram air ke tubuhnya.

"Jika seperti ini terus aku yang gila, Tuhan kenapa rasanya sakit sekali. Kenapa tidak cukup hanya dengan batinku yang terluka kini fisikku pun ikut sakit, seakan itu semua belum cukup." Solar bergumam sambil menyandarkan punggungnya di dinding kamar mandi, tubuhnya sudah terlalu lemas bahkan untuk mengangkat gayung pun rasanya Solar tak sanggup. Sebenarnya apa yang sudah bersarang di dalam tubuhnya hingga dia seperti ini, dari semua itu satu yang Solar yakini kalau dia sedang mengidap penyakit serius.

Solar tidak tahu apa itu, tapi jika itu membuatnya cepat bertemu Tuhan maka tidak masalah. Tapi satu hal masalahnya adalah Solar tak kuat menghadapi semua rasa sakit bertubi-tubi yang mendatangi nya. Entah secara fisik maupun mental semuanya terus di serang terus menerus, seolah tak membiarkan Solar istirahat bahkan untuk sejenak.

"Aku..harus ke sekolah..." gumam Solar pelan memaksakan tubuhnya berdiri, dia berjalan gontai keluar kamar mandi usai berusaha membersihkan tubuhnya secepat mungkin. Tak lupa membersihkan darah yang tadi ia muntahkan.

Bahkan Solar harus memegangi sesuatu jika tidak dia bisa saja terjatuh, dengan tangan gemetaran Solar memakai seragam sekolahnya yang sudah terlihat lusuh. Ya Solar hanya dapat sekolah dengan semua peralatan seadanya. Bahkan sepatunya sudah jelek namun tidak bisa Solar ganti.

Uang darimana untuk mengganti sepatu miliknya sedangkan dia harus bekerja untuk dapat memenuhi uang iuran sekolahnya. Walau mendapatkan beasiswa tapi itu belum cukup untuk menutup uang iuran sekolahnya, karena sejujurnya uang Solar di gelapkan oleh pihak sekolah.

Harusnya Solar bisa mendapat uang sekitar dua juta, mengingat kepintarannya yang selalu meraih juara di setiap lomba yang dia ikuti. Namun Solar hanya bisa mendapat satu juta, sedangkan uang iuran sekolahnya berjumlah dua juta per semester. Jika saja tidak di gelapkan Solar tidak perlu bersusah payah bekerja seperti ini.

Dia bisa lebih fokus mengumpulkan uang hasil kerjanya untuk membeli buku atau sekedar mengganti seragam, sepatu dan tasnya yang sudah usang. Namun apalah daya itu hanyalah angan-angan yang tidak akan pernah terwujud.

"Sial, wajahku pucat banget, berasa kena sakit parah beneran kekeke." Solar terkekeh miris, dia hanya dapat menatap sendu pantulan dirinya di cermin.

Terlihat sekali wajahnya sangat pucat, bahkan bibirnya pun sama, andai saja Solar mempunyai bedak atau pelembab setidaknya dia bisa menutupinya sedikit. Tapi mau bagaimana lagi jika tidak ada maka Solar akan keluar dengan penampilan mengerikan seperti ini. Walau penampilan nya seperti itu tidak akan mengundang secuil rasa kasihan dari keluarganya, mereka kan hanya tahu menatap Solar dengan tajam dan sinis. Bagaimana mereka akan peduli bahkan jika ia jatuh sakit.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now