Chapter 22

545 63 19
                                    

Hai hai!!

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini.

Happy reading semuanya!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Hari senin pun tiba.

Solar kini tengah mematut dirinya di depan cermin, sejujurnya kepalanya terasa sangat pusing. Namun Solar lebih memiliki berangkat ke sekolah.

Dia hendak menanyakan materi apa yang perlu dia pelajari untuk olimpiade, selain itu Solar sudah merasa dia sering sekali ijin tidak mengikuti kelas. Jadinya dia memaksa dirinya sendiri, berusaha agar bisa mengikuti pelajaran.

"Semoga gak pingsan saja deh pas upacara." gumam Solar, dia melangkah mengambil topi upacara miliknya lalu mengenakannya.

"Baiklah, aku sudah siap ke sekolah." gumam Solar sambil mengambil tas miliknya dan berjalan ke bawah.

Solar segera saja memakai sepatu dan jalan keluar dari rumahnya, mumpung semua keluarganya belum turun untuk sarapan.

"Urghh...aku lapar..." Solar mengusap perutnya yang berbunyi nyaring, beruntung sekali di sekitarnya tengah sepi. Jika tidak Solar tidak tahu seberapa malunya dia karena bunyi perutnya lumayan terdengar keras.

"Apa aku mampir beli roti dulu ya." gumam Solar.

Dia bimbang, apakah perlu mampir sebentar ke kios sebelum ke sekolah atau langsung ke sekolah.

"Tapi nanti kalau aku telat gimana, urghh sudahlah aku ke sekolah saja deh. Biasanya juga sering nahan lapar." gumam Solar yang kemudian akhirnya berlari kecil ke sekolah.

Solar langsung menaruh tas miliknya saat sampai di dalam kelas, setelahnya berjalan keluar dan segera pergi ke lapangan.

Tidak lama banyak siswa siswi yang berdatangan, mereka segera ke lapangan dan berbaris.

Solar berdiri di salah satu barisan, dia berdiri paling belakang, takut jika berdiri di depan atau di tengah dia akan di jahili.

Upacara yang harusnya berlangsung selama lima belas menit saja menjadi berlangsung menjadi tiga puluh menit, salahkan kepala sekolah yang terlalu banyak berbicara hingga membuat murid-murid yang mendengarnya jadi banyak mengeluh.

Termasuk Solar.

"Ini kapan selesainya coba." gumam Solar sangat pelan.

Sungguh mendapati matahari terik yang menyinari mereka semua walau terhalang topi pun masih terasa panasnya.

Peluh keringat sudah membanjiri Solar, kepalanya terasa amat pusing lagi di tambah perutnya belum dia isi.

Jika lebih lama lagi sepertinya Solar akan pingsan di sini.

"Baiklah untuk yang terakhir..." Semua sudah senang mendengar hal itu namun bukannya berakhir kepala sekolah masih berujar lebih banyak lagi membuat semuanya langsung mengeluh.

"Aku....kenapa pandanganku memburam..." gumam Solar sambil menggeleng kepala pelan, dia berusaha menatap ke depan yang terlihat buram dalam penglihatan nya.

Tak lama setelah itu Solar hanya dapat melihat kegelapan.

Tubuh Solar ambruk di tengah-tengah amanat kepala sekolah yang membuat orang di sekitarnya heboh.

Segera anggota PMR mengangkat Solar dan membawanya ke UKS.

Itu semua tak luput dalam penglihatan keenam kakaknya yang terlihat acuh tak peduli.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora