Chapter 36

618 85 55
                                    

Halo haloo!

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini😁.

Oh ya btw kalian pernah kepikiran gak sih alasan kenapa Solar di perlakukan buruk oleh keluarganya.

Ayo coba tebak hehe..

Author sudah kasih clue loh di chapter 33.

Ada 2 faktor yang menyebabkan kenapa keluarga Solar memperlakukan Solar dengan sangat buruk, silahkan menerka-nerka semuanya 🤭.

Jika kalian bisa menebaknya author bakalan double up.

Tapi author bakalan double up jika vote di chapter ini mencapai 20 dan kalian bisa menebaknya dengan benar, author bakalan double up.

Oke segitu dulu bacotan author.

Happy reading semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Semakin hari kondisi tubuh Solar semakin parah, tubuhnya yang sudah kurus dari awal terlihat semakin kurus.

Solar menghela nafas lelah setelah berhasil menghentikan mimisan dadakannya.

Tadi saat sedang melangsungkan pelajaran di kelas, Solar terkejut kala melihat buku miliknya sudah ternodai oleh setetes darah yang jatuh mengalir dari hidungnya.

Beruntung posisi Solar sedikit menunduk hingga tidak ada yang menyadarinya.

Maka dengan segera Solar mengusap  darah yang masih mengalir di hidungnya, segera dia langsung berseru meminta ijin pergi ke kamar mandi dengan tangannya menutup ke arah hidungnya.

Setelahnya dengan langkah tergesa-gesa Solar berlari menuju kamar mandi, dan berusaha menghentikan darah yang keluar dari hidungnya.

Setelah dua puluh menitan barulah darah di hidungnya berhenti mengalir, Solar langsung menghela nafas lega setelahnya. Walau dia sedikit kelelahan berusaha membersihkan darah yang terus menerus keluar dari hidungnya. Bahkan seragam yang Solar kenakan sudah terkena beberapa tetesan darah, membuatnya harus mencuci seragamnya dengan air.

"Apa aku harus memeriksanya, sepertinya ada sesuatu yang berada dalam tubuhku, tapi kalau periksa butuh banyak uang sedangkan aku tidak punya uang yang banyak, jangankan itu untuk kehidupan ku sendiri saja aku masih begitu kesusahan bahkan setelah mengambil banyak pekerjaan paruh waktu. Malang sekali nasibmu Solar." gumam Solar dengan sendu, dia menatap kosong ke arah lantai marmer kamar mandi sekolah, sebelum akhirnya keluar dari kamar mandi.

Solar berjalan dengan lunglai ke arah kelas nya, tubuhnya hampir ambruk jika tidak ada orang yang segera menangkap dirinya.

Solar merasakan ada yang memegang pinggangnya, entahlah siapa Solar juga tidak tahu karena posisinya membungkuk dengan tangan orang itu yang menahan pinggang nya agar dia tidak terjatuh.

"Kalau jalan tuh yang benar, kalau sampai jatuh pingsan nanti orang lain yang repot." Solar sedikit tersentak mendengar nada datar dari suara seseorang yang sangat dia kenali. Lantas Solar segera menoleh dan mendapati wajah datar dari kakak ketiganya.

Gempa hanya menatap datar Solar sebelum memperbaiki badan dia agar berdiri tegak, Solar hanya diam tak berani buka suara.

Dia tidak menyangka bahwa yang menolongnya adalah kakak ketiganya.

Apakah ini mimpi?

Tapi terasa nyata sekali, apalagi ucapan menusuk yang Gempa lontarkan ke arah Solar membuatnya sedikit sakit saat mendengarnya.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora