Chapter 24

549 62 19
                                    

Halo semua👋.

By the way author nih baru sadar kadang banyak yang vote cerita ini di bagian chapter Solar tersakiti.

Jadi makanya author sering tulis Solar angst karena itu, wkwkwkwk.

Tapi emang dari awal buat cerita ini sih, author rencana selalu membuat angst di setiap chapter (bakal di usahakan sama author mwehehehe*ketawa jahat*)

Karena mungkin sampai ending bakalan sad sih semua.

Tapi enggak tahu ya apa bakal sad mulu atau kagak, kalian pantengin saja terus tapi jangan lupa buat vote dan beri komen ya.

Oh ya mohon di baca sampai di bawah ya ada sesuatu yang author sampaikan di sana.

Btw maaf jika author banyak bacot di sini.

Kalau begitu semoga kalian suka dengan chapter kali ini.

Happy reading yeorobun!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------


Entah sudah beberapa hari berlalu sejak hari ketika Solar pingsan di lapangan, dia ingat sekali saat dia bangun sendirian di sana.

Sekolah sudah sepi bahkan langit sudah mulai sedikit menggelap, artinya dia pingsan sangat lama.

Solar yang waktu itu masih sedikit linglung setelah bangun dari pingsannya, masih memaksakan diri untuk pergi ke tempat bekerjanya.

Walau dia sudah menduga akan mendapat semprotan amarah karena datang telat.

Apalagi kondisinya waktu itu masih sangat lemas, beruntung Solar tidak melakukan kesalahan hingga membuatnya kembali di marahi.

Kembali ke masa sekarang, Solar tengah termenung di atas kasurnya.

Mengingat besok adalah hari dimana seluruh orang tua para murid datang untuk hari orang tua dan anak.

Solar menatap kosong ke bawah lantai, "Hari orang tua dan anak itu besok...boleh gak si tidak usah ke sekolah, lagipula apa gunanya jika aku datang ke sana...." gumam Solar sendu.

Di acara itu para orang tua akan di berikan hadiah bunga mawar atau tulip dari para anaknya, tentu itu di sediakan oleh sekolah namun Solar tidak pernah dapat memberikannya kepada orang tuanya.

Saat tangannya terulur pun mereka membalas dengan tepisan kasar membuat Solar terpaku ketika hal itu terjadi.

Ah salah satu kenangan suram miliknya saat kelas sepuluh, sebenarnya Solar lebih banyak kenangan suram daripada kenangan yang membahagiakan.

Selain itu para anak akan menampilkan sesuatu untuk kedua orang tua mereka sebelum memberikan bunga itu.

Solar selalu tidak pernah melakukannya karena tidak ada seorangpun yang ingin mengajaknya bergabung, karena biasanya mereka akan membentuk kelompok dan entah akan menyanyi atau membacakan puisi untuk orang tua mereka.

Lagipula setelah dia melakukan itu lantas harus dia kasih kemana bunga itu, karena kedua orang tuanya sendiri tak mau menerimanya.

Solar teringat ketika dia kecil pernah memberikan sang Ibu, Mara. Namun balasan Mara justru membuat Solar merasa sedih, apalagi waktu itu dia berumur enam tahun.

Flashback on.

"Selesaiii.." Solar sedikit memekik senang, dia menatap berbinar ke arah gambar yang baru saja dia lukis di atas kertas putih kosong.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]On viuen les histories. Descobreix ara