Chapter 49

1.3K 107 87
                                    

Yo!

Baru lima hari ya sejak author terakhir update hehe.

Anw tadi author rencananya mau update satu jam yang lalu tapi apa daya wattpad nya eror, bahkan 1000 word yang author tulis kehapus hiks🥲

Padahal sudah sampai 7000 word malah hilang seribunya, tapi gak papa deh author tulis seingat yang author bisa😭

Padahal sedikit menuju bersambung malah hilang 1000 jadi ya agak molor waktu update nya.

Anw chapter kali ini adalah chapter terpanjang yang pernah author tulis, bahkan dari semua cerita author yang lain.

Author berharap kalian gak bosan soalnya chapter kali ini lumayan panjang banget🥲

Sekalian mengobati rindu kalian dengan cerita ini, soalnya author bisa hilang sampai lima hari lebih soalnya belum ada lanjutan dari chapter ini.

Jadi jangan heran kalau agak slow up dikit soalnya chapter nya panjang banget.

Jangan lupa siap tisu yang banyak untuk chapter kali ini.

Di harapkan untuk vote dan juga komen.

Mohon jangan jadi silent readers yang hanya bisa membaca tanpa vote cerita ini😄

Sekian dari author.

Happy reading guys!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

"DOKTER! KU MOHON TOLONG ADIK SAYA DOK!!" Baru saja sampai di perkarangan rumah sakit, Taufan sudah berteriak ribut meminta agar dokter datang. Sedangkan para saudaranya yang lain menahan rasa malu, kecuali Blaze yang malah ikut-ikutan.

"DOKTER ADA PASIEN SEKARAT DOK!!" Dan sontak hal itu langsung mengundang geplakan sayang dari Ice untuk Blaze.

Beberapa perawat tampak berlari ke arah mereka yang sudah sampai di depan pintu rumah sakit, sambil membawa brankar dan menyuruh agar meletakkan orang yang terluka di atasnya.

Segera Halilintar meletakkan tubuh Solar dengan perlahan dan segera para perawat itu membawa brankar itu menuju igd. Di ikuti oleh yang lain namun mereka semua di suruh menunggu di luar, tak ada pilihan lain lagipula mereka juga tidak bisa sembarangan masuk ke dalam.

Mereka berenam menunggu di luar dengan perasaan cemas, mereka sangat takut dengan keadaan Solar apalagi mereka melihat luka yang Solar terima, darah segar terus mengalir tak mau berhenti.

Jaket yang Ice berikan pada Solar pun sudah banyak bercak darah di sana, membuat Ice memegang gemetar jaket miliknya.

Sedangkan Gempa sendiri merasa kalut, dia takut jika penyakit Solar semakin parah. Itu artinya dia benar-benar akan meninggalkan mereka semua, segera Gempa menggeleng berusaha menepis pemikiran bodoh itu.

"Aku takut sekali jika Solar pada akhirnya menyerah dan meninggalkan kita." Mendengar perkataan Gempa membuat atensi seluruh saudaranya tertuju pada dirinya, sedangkan Gempa sendiri terlihat menatap kosong lantai di bawahnya.

"Apa maksud mu Gem? Bukankah luka yang Solar alami masih bisa di sembuhkan?" tanya Taufan, heran.

Gempa lantas menggeleng, "Luka itu memang bisa sembuh Kak, namun bagaimana dengan luka yang kita semua torehkan pada hati Solar, apa bisa sembuh semudah itu." Perkataan Gempa membuat mereka semua terdiam, menatap satu sama lain dengan ekspresi yang tidak bisa di jelaskan.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang