Chapter 42

744 82 33
                                    

Halooo....

Di sini kita kedatangan pemeran baru😁

Semoga chapter kali ini gak gaje🥲

Btw maaf ya kalau diagnosa nya salah author cuman modal searching di google sih, maaf juga jika ada salah pemilihan kata di dalamnya🙏

Semoga kalian kuat membaca chapter ini.

Siapkan hati kalian buat baca chapter ini😁

Btw author tidak tahu sih bakalan dapat feel sedihnya atau enggak tapi semoga kalian suka.

Segitu dulu dari author nantikan chapter berikutnya.

Happy reading guys!!!

----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

"Urgh...ini dimana..." gumamnya bingung, dia mengedarkan pandangannya ke sekitar terlihat ruangan berwarna putih yang mengelilingi dirinya. Perlahan dia mendudukkan dirinya yang awalnya terbaring menjadi duduk, memegangi kepalanya yang terasa pusing dan sekali lagi menatap ke sekitarnya.

"Ini rumah sakit ya." gumamnya lagi saat dia mencium bau obat-obatan yang begitu kuat di sekitarnya, di pastikan sekarang dia tengah berada di rumah sakit.

"Tapi siapa yang membawaku ke sini." gumamnya bertanya-tanya.

"Kau sudah bangun?" Tatapan matanya lantas teralih pada seseorang pria berjubah putih yang berjalan mendekat ke arahnya, terpasang senyum tipis di wajah orang itu.

"Ya....dan apa anda yang membawaku ke sini?" tanya nya pelan.

Orang itu mengangguk, "Iya itu aku, kebetulan saat aku lagi istirahat membeli kopi aku melihatmu ambruk di jalan jadi aku segera membawamu ke rumah sakit." katanya.

"Dan siapa namamu anak muda?" tanyanya pada orang di depannya yang terlihat termenung.

"Solar." jawabnya pelan.

Ya tadi saat Solar pingsan di pinggir jalan, kebetulan sekali ada seorang dokter yang hendak berjalan kembali ke mobilnya usai membeli secangkir kopi di cafe tak jauh dari tempat Solar pingsan. Saat melihat Solar ambruk lantas sang dokter langsung mengangkut dan membawa Solar ke dalam mobilnya, dia sedikit kesal dengan kerumunan orang-orang yang bukannya membantu malah hanya menonton sambil merekam ke arah Solar yang sudah terjatuh pingsan. Ada-ada saja manusia jaman sekarang melihat orang sakit bukannya di bantuin malah di video, beruntung sekali dia lewat di situ.

Jadi segera saja dia membawa Solar ke tempat rumah sakit dia bekerja.

"Oh namamu Solar ya, perkenalkan namaku Beliung, senang bertemu denganmu." kata orang di depannya yang sudah Solar dugai dia merupakan seorang dokter, terlihat dari pakaian yang dia pakai.

Terdapat juga jubah putih kebanggaan nya yang terpakai rapih di tubuhnya, terlihat cocok di mata Solar.

"Terima kasih sudah menolong ku." kata Solar pelan sambil menundukkan kepalanya, tanda terima kasih.

"Tidak masalah, lagipula itu juga sudah menjadi tugasku." kata Beliung tersenyum ramah, mendengarnya Solar sedikit tersenyum.

"Oh ya...." Solar lantas menoleh pada Beliung yang masih berdiri di depannya, terdengar nada ragu di dalamnya, membuat Solar bertanya-tanya dalam hati.

"Iya ada apa?" tanya Solar bingung.

"Bisa ikut aku sebentar ke ruanganku, ada yang mau aku bicarakan, emm...tentang kondisimu." kata Beliung dengan nada ragu, mendengarnya Solar lantas mengangguk. Yah dia harus bersiap untuk menerima vonis penyakit yang mungkin sebentar lagi akan di sampaikan Beliung.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now