Chapter 37

623 77 41
                                    

Hai haii!

Semoga kalian semua selalu dalam keadaan sehat.

Semoga suka dengan chapter kali ini😁.

Btw kalau author jadi Solar di sini bakal nyesek banget sih🥲.

Jika mau tahu baca sampai habis.

Jangan lupa buat vote dan komennya ya.

Happy reading semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Pagi ini langit terlihat sangat cerah, namun berbeda dengan suasana hati Solar yang sudah buruk karena kejadian kemarin.

Solar hanya terdiam di dalam kamarnya, menatap langit cerah melalui jendela kamarnya.

Dia tidak sekolah karena hari ini merupakan hari libur, itu artinya dia tidak perlu pergi ke sekolah.

Namun sorenya Solar masih harus bekerja paruh waktu.

Pandangan Solar terlihat kosong, seolah tak ada kehidupan di dalamnya.

Seperti hanya raga yang ada di dalam tubuh itu, jiwanya sudah mati secara perlahan.

Yang tersisa hanya raganya tanpa jiwa.

Namun berbeda saat Solar bertemu Sopan, saat dia bertemu dengannya seolah jiwanya kembali ke dalam raganya.

Solar tidak mau membuat Sopan khawatir jika dia menunjukkan sisinya yang lemah, jadi Solar selalu berusaha tersenyum dan ceria di hadapan Sopan.

Tidak terlalu sulit Solar lakukan karena Sopan sudah sangat membuatnya terlanjur nyaman hingga bisa membuatnya bersikap seperti itu, walau saat di rumah dan sekolah dia akan kembali hanya menempati raga tanpa jiwa.

Yah lagipula kedua tempat itu tak pernah dapat membuat Solar nyaman, lantaran hanya rasa sakit yang selalu dia terima.

"Itu Kak Thorn ya." gumam Solar kala pandangannya menatap ke bawah, terlihat Thorn yang tengah berjalan menuju halaman belakang rumah mereka. Kembali menyiram tanaman-tanaman nya.

Kebetulan jendela kamar Solar berhadapan langsung dengan halaman belakang rumah mereka.

Pandangannya selalu mengarah pada Thorn kemanapun dia berjalan, maklum Solar sedikit bosan jadi dia melakukan hal itu.

Yah lagipula tidak akan ada yang memarahinya bukan, dia kan cuman melihat tanpa menganggu mereka selama sekali.

Thorn bersenandung riang, tangannya bergerak untuk mengambil pupuk lalu menyirami tanamannya dengan senang.

"Tanaman oh tanamanku tumbuhlah dengan indah, lalalalala.." nyanyi Thorn dengan nada asal-asalan.

Dia tersenyum senang usai melihat kerja kerasnya setelah menyiram tanamannya.

Namun Thorn merasa seperti ada yang memperhatikan dirinya, lantas dia menengok ke arah manapun, melihat kira-kira siapa yang melihat ke arah dirinya.

Bukan semacam makhluk halus kan, lagipula ini masih pagi.

Jika itu benar terjadi maka Thorn sudah di pastikan akan berlari masuk dan memeluk salah satu kakaknya.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Where stories live. Discover now