08 Menagih hutang

15.9K 1.7K 16
                                    

"Terkadang, tidak ada yang bisa kita andalkan kecuali diri sendiri."

🌹🌹🌹

Keesokan harinya.

Rune melakukan lari pagi mengelilingi taman istana Lunar bersama dengan Rhys. Sayangnya, baru dua kali putaran napas Rune sudah terengah-engah.

Rhys yang mengetahui hal itu berlari sejajar dengan langkah kaki Rune, dan berkata. "Istirahatlah, kau terlihat sangat kelelahan."

"Sebentar lagi, aku akan menyelesaikan putaran ketiga."

"Jangan terlalu memaksakann diri, kau baru saja sadar setelah terbaring selama dua bulan."

"Aku-"

Ucapan Rune terhenti saat dia merasakan tubuhnya terhuyung ke depan.

Rhys secara refleks meraih pinggang kecil adiknya, dan memeluknya dari samping. Dia dapat mendengar suara napas Rune yang memburu.

Rhys mengeratkan rahangnya.

"Dasar bodoh. Bukankah aku sudah meminta mu untuk beristirahat, lihat! Kau hampir saja jatuh. Noah!!"

Rune meringis mendengar teriakkan Rhys yang terdengar dekat dengan telinganya.

"Jangan berteriak di telingaku."

"Mulutmu itu setidaknya masih bisa bicara."

Rhys menjawab dengan nada ketus. Dia menunggu kedatangan Noah dan prajurit yang sedang berjalan kemari.

Meskipun dia berhasil menahan tubuh Rune yang ingin jatuh, tapi dia tidak memiliki kekuatan untuk menggendongnya.

Noah yang baru saja sampai melihat wajah pucat milik pangeran ke-lima. "Pangeran, biarkan saya yang membawa pangeran ke-lima."

"Aku memanggilmu memang untuk itu."

Rune menangis di dalam hati. Harga dirinya sebagai seorang pria dewasa terluka, saat tubuhnya di gendong oleh Noah.

Ini juga salahnya karena tidak fokus saat berlari. Pikirannya berada di tempat lain.

Rune sedang menunggu kedatangan orang dari pihak istana utama.

Hingga saat ini mereka belum juga datang. Apa karena ini masih pagi? Sehingga orang itu belum membaca suratnya.

Mereka telah sampai di tempat teduh.

Rune menepuk pundak Noah. "Turunkan aku."

"Baik, Pangeran."

Rune turun dari gendongan Noah, dia beranjak menghampiri kursi panjang yang sudah di sediakan. Merebahkan tubuhnya pada kursi, seorang pelayan mendekati dengan membawa kain kering.

Rune mengambil kain kering tersebut, lalu mengusap keringat yang membasahi wajahnya.

Rhys duduk di kursi panjang yang sejajar dengan Rune. Dia mengambil gelas yang berisi jus buah dari pelayan, lalu meneguknya hingga habis.

"Tetaplah di sini, tubuh lemah mu itu membutuhkan istirahat."

"Aku tahu."

Rhys menghela napas panjang, dia menatap wajah adiknya dengan tatapan pengertian.

"Rune, aku mengatakan itu padamu karena aku menyayangimu."

Rune menoleh ke samping, dia memandangi wajah Rhys dengan tatapan rumit.

"Kata-katamu terdengar menggelikan di telingaku."

Rune berkomentar dengan ekspresi aneh di wajahnya, lalu mengalihkan pandangan.

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now