26 Berhasil

10.4K 1.3K 43
                                    

Sekelompok burung gagak hitam muncul di depan pintu ruang kerja penguasa kerajaan. Kumpulan burung gagak hitam itu menampilkan sosok pria berpakaian hitam yang memiliki ekspresi dingin.

"Minggir," ucap Venezio datar.

Harvey yang berdiri untuk menjaga ruangan penguasa kerajaan Scorpio merasa tidak nyaman, karena di dalam ruangan terdapat tamu dari kekaisaran Capricorn.

"Saya memberi salam pada Pangeran-"

DUARRRR!!

Ledakan terjadi di tempat tersebut hingga menghancurkan tembok ruangan. Venezio berjalan santai masuk ke dalam setelah melakukan sesuatu yang merepotkan.

"Yo, aku kembali." Venezio memberikan senyuman pada ekspresi masam yang terlihat di wajah Silas.

Silas menghela napas. Dia menjentikkan jarinya, tembok ruangan yang hancur kembali seperti sedia kala. Para penjaga pun bangkit dari posisinya, mereka telah memakai jubah pengaman untuk kejadian seperti ini.

Itu sebabnya tidak ada dari mereka yang terluka akibat ledakan tersebut.

"Keluar," ucap Silas singkat.

Harvey dan yang lainnya membungkuk hormat lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Bisakah kita bicara lagi nanti," ucap Silas pada seorang pria yang duduk di hadapannya.

"Tentu." Pria itu mengangguk, lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.

"Bisakah kau tidak meledakkan pintu saat datang," ucap Silas.

"Tidak," jawab Venezio singkat. Dia berjalan mendekati sebuah meja, lalu duduk di atasnya. "Aku bertemu dengan kucing kecil di luar istana," ucap Venezio memulai pembicaraan.

Ekspresi wajah Silas menjadi serius. Dia tahu siapa yang di maksud kucing kecil oleh putra keduanya. "Lalu?" ucap Silas singkat.

"Ho! Kau penasaran?" ucap Venezio dengan nada menggoda.

Silas meminum teh sejenak. "Dia telah melanggar peraturan kerajaan," sahutnya.

"Hahaha, kau benar." Venezio berhenti sejenak untuk melihat ekspresi wajah ayahnya, sebelum melanjutkan.

"Aku melihatnya sedang memakan coklat bersama dengan pelayannya."

Tatapan mata Silas sedikit redup. Dia sudah menduga sifat buruk putra bungsunya di sebabkan oleh pelayannya, bajingan Noah.

"Apa kau bermain dengannya?" tanya Silas.

"Tentu saja," jawab Venezio cepat. Dia bangkit dari posisinya, lalu duduk berhadapan dengan Silas.

"Suaranya terdengar indah di telinga ku," ujar Venezio menyeringai.

Silas melihat teh yang berada di dalam cangkir. Awalnya dia berpikir putra bungsunya memiliki motif pemberontakan, tapi ternyata itu sifat nakal seorang remaja pubertas.

"Sepertinya dia telah menjadi sampah yang tidak berguna," ucap Silas.

Dia tidak menyangka akan memiliki seorang anak yang tidak berguna, anak seperti itu sudah tidak memiliki kelayakan untuk hidup.

Kilatan tajam terlihat sekilas di mata Venezio sebelum kembali normal seolah tidak terjadi apa-apa. "Apa maksud mu? Dia adalah pion yang sempurna," ujar Venezio.

Silas mengangkat satu alisnya, atas perkataan putra keduanya.

Venezio menyeringai licik. "Saat aku mengembalikan kucing kecil ke istana Lunar, reaksi anjing kecil terlihat menarik."

"Apa maksudmu?" tanya Silas.

Venezio mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aku bisa menggunakan adik bungsu untuk mengadu domba, bajingan picik dan anjing kecil."

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now