32 Burung

6.9K 1.1K 33
                                    

Bruukk.

Rune meringis saat tubuhnya di lempar ke bawah. Kedua tangannya di ikat dengan ikatan sederhana. Mungkin karena dia telah kehilangan sihirnya, jadi mereka bertiga meremehkannya.

Pria itu berjongkok, lalu menarik rambut Rune hingga wajah mereka berhadapan. "Haruskah aku mengucapkan terima kasih, berkat dirimu kami jadi memiliki cara untuk menyusup ke istana Lunar," ucap pria itu menyeringai.

"Heh! kau tidak perlu mengatakannya. Karena rencana kalian akan gagal," balas Rune tersenyum mengejek.

Pria itu menatap datar. Dia melepaskan tangannya dari kepala Rune, lalu menginjak kaki Rune.

"Argh!" jerit Rune kesakitan dengan keras, meskipun rasanya tidak terlalu sakit.

"Cih lemah," decak seorang wanita yang berdiri di samping pria itu.

Pria itu berbalik, dan menghadap ke arah dua rekannya. "Kau lakukan sihir perubahan menjadi pangeran kelima, dan kalian berdua akan menyusup ke istana utama."

"Baik."

Anak kecil itu melakukan sihir perubahan menjadi seseorang yang mirip dengan Rune. "Bagaimana?" tanya pangeran palsu pada kedua rekannya.

"Kau melakukannya dengan baik," ucap pria itu mengelus kepala pangeran palsu.

"Sama sekali tidak mirip," ucap Rune berkomentar. "Wajah jelek mu, tidak akan sebanding dengan wajahku yang tampan."

Pria itu mengeratkan rahangnya. Dia berbalik, lalu menekan dagu pangeran ke-lima. "Kau benar, akan sangat di sayangkan kalau wajah tampan mu ini tidak di gunakan."

"Kira-kira berapa harga yang akan kita dapat dari menjual mu di pasar budak?" tanya pria itu tersenyum miring.

Rune tersenyum tipis. "Yang pasti, lebih tinggi dari harga dirimu," balas Rune menatap rendah pria yang berdiri di hadapannya.

Tatapan mata pria itu menggelap. Dia melayangkan tangannya berniat untuk menampar wajah pangeran ke-lima. Tapi, gerakan tangannya terhenti begitu mendengar suara rekannya.

"Berhenti, ada seseorang yang datang ke tempat ini," ucap wanita itu begitu merasakan kehadiran seseorang di sekitar ruangan ini.

Rune mengerutkan keningnya.

Wanita itu dapat merasakan kehadiran Noah, tapi tidak dapat merasakan kehadirannya saat menguping. Apa karena dia tidak memiliki sihir? Sehingga wanita itu tidak dapat merasakan kehadirannya.

"Pangeran ke-lima, apa anda berada di dalam?"

Pertanyaan yang diajukan Noah, terdengar jelas oleh mereka yang sedang berkumpul.

"Noah- Hmph! Hmph!!"

Pria itu membekap mulut Rune menggunakan tangannya, dan menodongkan belati ke arahnya. "Diam! atau belati ini akan menusuk mu," ancamnya.

"Kalian pergilah keluar untuk menemuinya," ucap pria itu menyuruh kedua rekannya.

"Baik."

Wanita itu dan pangeran palsu keluar dari ruangan bawah tanah yang berada di dalam rumah sederhana. Mereka berdua berjalan dengan hati-hati dan melihat seorang pria tua sedang memeriksa setiap ruangan di rumah ini.

"Noah."

Pria tua itu menoleh dan melihat pangeran palsu bersama dengan wanita berjalan menghampirinya. "Pangeran ke-lima?"

"Noah." Pangeran palsu memegang telapak tangan Noah dengan raut wajah sedih. "Aku senang kau datang, aku merasa ketakutan," ucapnya dengan tatapan mata berkaca-kaca.

"Itu benar Tuan Noah, kami berdua berhasil melarikan diri dari seseorang yang mencoba menangkap pangeran ke-lima," sahut wanita itu dengan ekspresi sedih.

Tatapan mata Noah menggelap.

Bayangan hitam bergerak ke atas lalu melilit leher pangeran palsu dan wanita itu.

Noah menghiraukan rintihan kecil dari pangeran palsu dan wanita itu. Bayangan hitam terus bergerak hingga menyelimuti seluruh tubuh mereka berdua, dan berakhir tidak sadarkan diri.

"Kalian tidak bisa menipuku dengan kesalahan yang telah kalian lakukan," ucap Noah dingin.

Pangeran ke-lima tidak pernah dekat wanita mana pun selain ibunya, itu karena pangeran ke-lima pernah hampir mati dengan seorang pelayan wanita yang ternyata orang suruhan.

Kedua rasa takut. Kerajaan Scorpio melegalkan aksi pembunuhan untuk merebutkan tahta, rasa takut hanya akan menghalangi mereka yang ingin bertahan hidup di antara para pembunuh.

Noah berjalan menuju arah mereka datang. Dia membawa kedua orang yang pingsan dengan menggantungkan mereka pada bayangan hitam.

Noah melihat tangga yang menuju ke bawah dan mulai menuruninya. Netra matanya melihat ruangan lainnya yang belum dia periksa. Dia pun terus berjalan memasuki ruangan bawah tanah yang hanya memiliki sedikit penerangan.

Kosong. Tidak ada seorang pun di ruangan ini.

Noah mengepalkan kedua tangannya. Dia berjalan menuju bagian tengah ruangan dan melihat bercak darah menggenang di lantai.

Meski samar, Noah merasakan kehadiran pangeran ke-lima di tempat ini. Mungkin pangeran ke-lima sempat di bawa ke tempat ini, tapi begitu dia datang seseorang telah membawanya pergi menggunakan teleportasi.

"Aku akan membuat kalian membayarnya," ujar Noah dingin.

Bayangan hitam menelan kedua orang yang tidak sadarkan, lalu menyelimuti seluruh tubuh Noah dan mulai menghilang dari ruangan tersebut.

"Hah hah hah."

Pria itu terduduk dengan napas terengah-engah. Dia baru saja melakukan teleportasi ke hutan untuk membawa pangeran ke-lima pergi dari ruangan bawah tanah, agar tidak bertemu dengan seseorang yang mencarinya.

Tapi, tubuhnya terasa lemas karena dia telah melakukan sihir teleportasi sebanyak dua kali dalam sehari. Pria itu menyandarkan punggungnya ke batang pohon.

"Kau tahu, kau benar-benar sial! Aku sangat bersimpati padamu," ujar Rune memberikan tatapan simpati.

"Diam lah! aku tidak ingin berdebat denganmu," sahut pria itu kesal.

"Siapa juga yang berdebat, aku hanya ingin mengatakan kalau-" Rune menjeda ucapannya sejenak, netra matanya melihat ke arah burung gagak hitam yang berdiri di atas dahan pohon.

"Hutan adalah tempat tinggal untuk seekor burung," ucap Rune menyeringai.

Burung gagak hitam terbang mengepakkan sayapnya mengitari area yang di tempati oleh mereka berdua.

"Astaga kucing kecil, aku tidak menyangka kau akan berkencan dengan pria lain selain aku."

Sekumpulan burung gagak hitam muncul di udara membentuk sesosok pria rambut hitam yang melayang lalu turun ke bawah.

Pria itu segera bangkit dari posisinya, tangannya meraih tangan Rune agar dia juga bangun dari posisi duduk. Lalu mengarahkan belati ke arah leher.

"Jangan mendekat atau- ugh." Ucapan pria itu terhenti saat tubuhnya di tendang dan terdorong ke belakang hingga menabrak pohon dua kali.

"Uhukk uhukk." Seteguk darah segar keluar dari mulut pria itu. Tidak sampai di situ, telapak tangan besar menekan kepalanya ke batang pohon hingga mengeluarkan darah.

"Aarrrghhhh."

"Kak Zio, kau tidak boleh membunuhnya," ucap Rune mencoba menghentikan aksi Venezio yang berniat membunuh pria itu. "Mereka menculik ku untuk menyusup ke istana Lunar," lanjutnya.

Venezio tersenyum tipis. Dia melepaskan tangannya, lalu membuat benda panjang warna hitam yang ujungnya terlihat runcing. Kemudian menusukkan benda tersebut ke dua telapak tangan milik pria itu agar tidak kabur.

Jleb.

"Argh!!"

"Ini akibatnya karena kau telah menyentuh milikku," ujar Venezio berbisik di telinga pria itu dengan suara dingin.

* * *

See you🤗

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now