16 Bertahanlah

14.7K 1.9K 79
                                    

"Apa benar anda mendatangi ruangan Dewan Ophir untuk meminta plakat emas miliknya?"

"Ya."

"Mengapa anda melakukan hal itu yang sudah jelas tidak di perbolehkan?"

Mael dapat melihat senyum pahit yang terlukis di wajah pangeran ke-lima begitu mendengar pertanyaan yang dia ajukan.

"Aku hanya ingin tahu racun seperti apa yang telah menghilangkan sihir di dalam tubuhku."

Rhys mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa sedih atas kejadian yang telah menimpa adiknya.

"Lagipula, Dewan Ophir memberikan izin padaku meski hanya tiga kali."

Jawaban yang diberikan pangeran ke-lima sesuai dengan informasi yang dia dapatkan dari Lucian.

Mael pun melanjutkan pertanyaannya.

"Setelah dari ruangan dewan Ophir, anda mendatangi ruangan penguasa kerajaan. Boleh saya tahu apa yang kalian bicarakan?"

Mael melihat tatapan mata pangeran ke-lima sedikit meredup.

"Aku hanya bertanya, mengapa peraturan kerajaan terasa longgar? Aku belum melakukan debut kedewasaan tapi sudah ada seseorang yang berniat meracuniku."

Tubuh Rhys tersentak. Dia tidak terpikirkan hal itu, yang dia lakukan saat Rune terkena racun adalah mencari orang yang melakukannya.

Tidak terpikirkan dalam benaknya bahwa yang di alami Rune merupakan hal yang melanggar aturan kerajaan.

Tapi adiknya langsung tahu hal itu padahal dia baru saja sadar dari koma kemarin.

Rhys menutup mulutnya frustasi. Dia selalu bertekad untuk melindungi Rune, tapi melupakan poin penting selama ini.

'Betapa bodohnya aku.'

Itu artinya selama ini dia bertingkah seperti orang idiot?

Rhys mengeratkan rahangnya, lalu mengepalkan tangan dengan kuat.

"Tapi dia berkomentar bahwa yang aku alami itu akibat kecerobohan ku sendiri. Hanya itu."

Rune menutup matanya sejenak, lalu membukanya kembali.

Mael terdiam.

Dia tidak tahu harus berkomentar seperti apa. Penguasa kerajaan memberikan perintah padanya untuk menyelidiki kasus meledaknya perpustakaan istana.

Tapi, ada maksud terselubung di balik perintah itu. Penguasa kerajaan mencurigai adanya tindak pemberontakan dari pangeran kembar.

Dia pun menyetujui hal itu.

Melihat sikap pangeran ke-empat, Mael sempat memiliki kecurigaan yang sama.

Tapi, melihat bagaimana sikap pangeran ke-lima. Mael merasa sedikit bimbang.

Karena sikapnya seperti seorang anak yang haus akan kasih sayang orang tuanya, dan merasa kecewa pada sikap penguasa kerajaan yang acuh.

Mael memberikan sedikit tekanan pada pena yang dia pegang. Tatapan matanya melihat ke arah berkas, kini tinggal pertanyaan inti dari pertemuan mereka.

Mael menghela napas. Dia tidak ingin membuat kesimpulan yang gegabah, untuk itu dia perlu melakukan tugasnya dengan baik.

"Baik, saya akan lanjut ke pertanyaan berikutnya."

"Saat anda berada di dalam perpustakaan istana, apa ada orang lain selain anda?"

"...."

Mael melihat pangeran ke-lima hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan darinya. Dia mencoba memanggilnya.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang