21 Kalanata

9.7K 1.3K 29
                                    

Venezio terkekeh melihat ekspresi terkejut dari adik bungsunya. Dia menundukkan kepalanya, lalu berbisik.

"Aku pikir kau akan bunuh diri, setelah kehilangan semua magis di tubuh mu."

Rune terdiam. Pikirannya kacau. Rencananya benar-benar gagal total. Bertemu dengan Venezio berada di luar perkiraan dirinya.

Bila bertarung, Rune hanya memiliki kemungkinan 0,001% untuk bisa menang dari Venezio. Sangat minus. Dia juga tidak bisa mengandalkan Eros dalam hal ini, atau itu akan menjadi sangat kacau.

Belum lagi, dia tidak mendengar pergerakan apapun dari Himne yang berada di belakangnya.

Satu-satunya yang bisa dia lakukan saat ini adalah ... menyerah.

[ Huh? Semudah itu? ]

Suara Eros terdengar di kepala Rune.

'Dia lebih kuat dariku.'

[ Memang. ]

Rune tidak bisa berkata-kata mendengar suara Eros yang membenarkan ucapannya. Dia menghela napas panjang. "Sepertinya aku sedang sial."

Venezio terkekeh geli. "Kau tidak berubah ya, kucing kecil." Dia menundukkan kepalanya agar lebih dekat dengan wajah Rune. "Bagaimana kalau kita berkencan?"

"Kau yang bayar."

"Tentu."

"Deal."

Venezio menyeringai puas pada jawaban yang diberikan. Dia melepaskan tangannya dari leher Rune, yang terlihat jelas bekas cekikan tersebut.

"Hm, tanda di leher mu keren juga."

"Cepat bayar."

"Baiklah baiklah."

Venezio mengambil sekantung koin emas lalu melemparkannya pada pria tua pemilik tempat itu. "Biarkan dia pergi."

"Te-terima kasih, Tuan."

Venezio melambaikan tangannya. Melirik ke samping, terlihat Rune ingin menghampiri pelayan pribadinya yang sedang di tahan oleh anak buah miliknya.

Dia meraih tangan Rune lalu mengangkat tubuhnya dan menaruhnya di atas pundak.

"Ck, apa yang kau lakukan?"

"Menggendong mu, apalagi?"

"Aku bisa berjalan sendiri."

"Ah, aku hanya tidak ingin kaki mu patah."

Rune terdiam. 'Apa dia berniat mematahkan kaki ku, bila kabur?' Rune memiliki ekspresi rapuh. Kenapa dia harus bertemu bajingan gila, seperti Venezio?

"Cih, terserahlah," sahut Rune. Meskipun, rasanya tidak nyaman di gendong seperti ini. Seperti sayuran layu.

Venezio tersenyum tipis. Dia mengambil langkah maju, mendekati pelayan Rune yang saat ini tidak bisa bergerak karena anak buahnya.

"Hei kau, beritahu anjing kecil kalau adiknya akan bersama dengan ku hari ini."

Setelah mengatakan kalimat itu, sebuah pola sihir muncul di lantai yang Venezio pijak. Tak lama kemudian, mereka berdua menghilang dari tempat penjualan budak.

Bruukk.

Tubuh Himne terhuyung ke depan dengan suara keras. Dia mengambil napas sebanyak mungkin, setelah lehernya di cekik dari belakang.

Dengan napas tersengal-sengal, Himne menoleh ke belakang yang tidak ada siapa pun di sana. Dia juga tidak melihat pangeran ke-lima setelah sihir teleportasi aktif.

Himne menggigit bibirnya. Dia merasa bersalah pada pangeran ke-lima yang harus mengalami penculikan, hanya untuk menepati janjinya datang kemari.

Setelah napasnya menjadi stabil, Himne bangkit dari posisinya lalu berjalan keluar dari tempat tersebut.

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now