40 Mutiara izora

6.1K 1K 64
                                    

Tak.

Rune meletakkan secangkir cokelat hangat di atas meja. "Minumannya enak, dan terima kasih karena telah mengizinkan ku untuk meminjam beberapa buku," ujar Rune melirik ke arah tumpukan buku di sebelahnya.

"Cukup sulit untuk mendapatkan buku-buku ini." Rune menghela napas panjang.

Calix tersenyum kecil. "Bila kau butuh sesuatu datanglah kemari, mungkin aku bisa memberikan bantuan untukmu."

"Tentu." Rune mengangguk. Dia mengambil secangkir cokelat hangat, lalu meminumnya sejenak. Kemudian menatap ke depan.

"Kak Calix, apa kau tahu dimana kak Hiera berada? Sebenarnya ada yang ingin aku tanyakan padanya, tapi saat ini dia sedang tidak ada di istana," ujar Rune.

Calix menyentuh dagunya merenung sejenak. "Setahuku, yang mulia raja mengirim Hiera ke wilayah barat dekat pelabuhan. Mungkin dia akan pulang sekitar dua minggu lagi," ucap Calix memberikan informasi.

"Itu sangat lama," sahut Rune mengeluh.

Calix tersenyum kecil. "Memangnya, apa yang ingin kamu tanyakan? Mungkin aku bisa menjawabnya."

Rune terdiam sebentar, lalu menjawab. "Aku hanya ingin tahu jenis racun apa yang bisa menghilangkan sihir," ucap Rune serius.

Calix mengerutkan keningnya. "Bungsu, tidak ada racun yang bisa menghilangkan sihir," jawab Calix.

"Itu tidak mungkin," sahut Rune. "Dewan Ophir sendiri yang mengatakannya, aku telah kehilangan sihir akibat racun. Dia bahkan mengatakan bahwa aku akan segera mati," ucap Rune melanjutkan dengan tatapan tegas.

Tatapan mata Calix menggelap. Dia sedikit memberikan tekanan pada kursi roda, lalu mengulurkan tangannya untuk menggerakkan kursi roda mendekati tempat adik bungsunya.

Ekspresi wajah Calix tetap tenang, berbeda dengan tatapan matanya yang berkilat tajam. Calix meraih tangan Rune lalu memeriksa denyut nadinya.

"Siapa saja yang mengetahui bahwa kau telah kehilangan sihir? selain orang-orang dari istana Lunar," ucap Calix tenang.

Pupil mata Rune bergetar melihat Calix yang bergerak untuk memeriksa kondisinya. Tapi sekali lagi, dia memperoleh informasi baru yang tidak tertulis dalam novel.

'Novel sialan!' umpat Rune dalam hati.

Rune memilih untuk memikirkan hal itu nanti, dan segera menampilkan ekspresi wajah seperti sedang berpikir. "Seingat ku itu, dewan Ophir, dewan Dwayne, yang mulia raja, kak Aaron, kak Venezio, dan ketiga perwakilan dari pulau Aquarius," jawab Rune.

Tatapan mata Calix semakin menggelap. Dia sedikit menundukkan kepalanya, dan menahan diri sekuat tenaga untuk menyembunyikan aura membunuh yang bergejolak keluar dari tubuhnya.

'Bajingan brengsek!' batin Calix mengumpat.

Calix mengundurkan dirinya dari perebutan tahta dengan syarat agar mereka tidak melibatkan adik kembarnya dalam urusan politik.

Tapi yang terjadi saat ini tidak hanya melibatkan salah satu adik kembarnya, mereka bahkan berniat untuk membunuhnya.

Calix mengepalkan tangannya, menutup matanya sejenak lalu menghela napas panjang. Ekspresi wajahnya kembali terlihat tenang dengan senyuman ramah yang terpatri di wajahnya.

"Bungsu, bisakah aku memeriksa mu sebentar," ucap Calix tersenyum lembut.

"Tentu." Rune mengangguk.

Calix mengulurkan tangannya menyentuh bagian dada, dia telah memeriksa denyut nadi dari adik bungsunya. Dan memang ada sedikit gangguan di dalamnya.

Danaus Plexippus Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum