53 Keraguan

3.6K 637 44
                                    

"Berikan dia padaku," ucap Aaron dingin.

"Bagaimana kalau aku menolak?" tanya Saddam mengangkat satu alisnya.

"Apa maksud-" ucapan Aaron terhenti saat sebuah senjata tertuju ke arahnya. Aaron menahan senjata itu menggunakan jarinya.

"Kami tidak akan menyerahkan adik bungsu padamu," ucap Varen tersenyum miring.

Netra mata di balik kain menatap dingin seorang pria rambut coklat kemerahan yang secara tiba-tiba menyerangnya. "Dia itu adikku!"

Jemari Aaron memberikan sedikit tekanan pada senjata yang tersentuh, tak lama terdengar sebuah retakan pada senjata tersebut, lalu hancur berkeping-keping.

Kemudian Aaron menendang bagian perut Varen hingga membuatnya terpental.

Bugh!

Lance melompat untuk menahan tubuh Varen agar tidak terlalu terlempar jauh, namun itu membuat tubuh mereka berdua berguling-guling hingga beberapa meter dari lokasi.

Uhukk.

Pupil mata Lance bergetar melihat Varen terbatuk mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. "TARA CEPAT OBATI KAK VAREN!" teriak Lance.

"Baik." Tara mengambil buku lalu melafalkan mantra penyembuhan untuk mengobati luka di tubuh kakaknya.

"Beraninya kau melukai kakak ku," seru Roxana melayangkan tatapan tajam.

Roxana mengulurkan tangannya, sebuah kristal runcing berwarna ungu pekat muncul di sebelahnya dalam jumlah banyak. Lalu mengarahkan ke depan.

"Rasakan ini!"

Aaron mengangkat satu alisnya. Dia mengarahkan tangan ke depan, seketika puluhan kristal runcing itu hancur lebur.

"Perhatikan belakang mu," ucap Roxana mengarah kristal runcing pada punggung Aaron.

Trang.

Roxana tersentak, melihat perisai tembus pandang yang menjadi pembatas antara kristal runcing miliknya dengan punggung Aaron.

Aaron melirik ke belakang. "Sebelum bertarung, perhatikan lawan mu," ucap Aaron dingin dengan mengeluarkan aura miliknya yang membuat Roxana terpental jauh.

"Ugh."

Tubuh Roxana terdorong ke belakang, bahkan kristal sihirnya telah hancur. Roxana membuat perisai kristal untuk melindungi dirinya, namun tetap hancur begitu tercipta.

Uhukk.

Sedikit darah keluar dari mulut Roxana begitu mendarat dengan napas yang terengah-engah. Tangannya bergerak untuk menghapus jejak darah dari mulutnya.

"Dia kuat," ucap Roxana menyeringai lebar dengan tatapan membara untuk bertarung lagi.

Aaron mengambil langkah maju untuk mengambil adik bungsunya kembali, namun tanah yang dia pijak berubah menjadi sebuah lubang yang membuatnya terperangkap hingga mencapai pinggang.

Netra mata di balik kain melihat sosok laki-laki berkulit coklat sedang menyentuh tanah di kedua tangannya. Setelah itu dia melihat ke arah, dimana seorang pria menatapnya dengan tatapan marah.

"Mati kau!" seru Lance mengarahkan puluhan petir untuk menyambar Aaron yang sedang terjebak di bawah tanah.

BLARR!!!

Suara dari petir yang menggelegar terdengar sangat keras, serta cahaya yang menyilaukan mata. Serangan barusan terlihat sangat dahsyat bahkan menciptakan bekas hitam di sekitar area tersebut.

Hal itu membuat siapapun akan berpikir tidak akan ada yang selamat dari serangan tersebut.

Tapi yang terjadi justru terlihat Aaron sedang membersihkan pakaian dari debu yang mengotorinya, di balik perisai kokoh yang melindunginya.

Danaus Plexippus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang