One shot+ Story Telling

4.3K 447 62
                                    

Plak.

Diana menepis tangan suaminya, Farhan. "KAMU BOHONG! KAMU PASTI SELINGKUH DI BELAKANG AKU, IYA KAN?"

"Diana, harus berapa kali saya bilang. Saya tidak selingkuh, dia itu teman kantor saya," ucap Farhan menjelaskan.

"Bohong! Buktinya dia senyum-senyum sama kamu," balas Diana tajam.

"Dia senyum, karena sifatnya memang ramah ke semua orang," sahut Farhan.

"Jadi kamu pikir, aku enggak ramah gitu!" Diana melotot tajam.

Farhan menghela napas. "Bukan begitu-"

"Aku pulang."

Farhan menoleh, melihat putranya yang baru saja pulang dari sekolah dasar. "Kei, langsung masuk kamar ya nak."

Keiran menatap wajah kedua orang tuanya, lalu mengangguk. "Iya Pak," ucap Keiran berjalan memasuki kamarnya. Setelah itu terdengar kembali pertengkaran mereka di balik pintu.

"Mereka berisik," gumam Keiran.

Keiran membuka tasnya mengambil buku untuk menggambar, karena dia mendapatkan tugas dari gurunya. Keiran menggambar di tengah-tengah pertengkaran kedua orang tuanya.

* * *

"Keiran Bress."

Keiran yang merasa namanya di panggil, bangun dari posisinya dan menjawab panggilan tersebut. "Iya Bu."

"Kemari," ucap seorang guru wanita melambaikan tangan padanya.

Keiran berjalan menghampiri. Melihat hasil gambarnya yang telah dia selesaikan.

"Keiran, ini maksud dari gambar kamu apa ya?" ujar guru itu menunjukkan.

Keiran melihat hasil gambarnya yang telah dia selesaikan. Jarinya menunjuk ke arah gambar seekor anjing berukuran besar yang terlihat marah. "Ini ibu saya."

"Ini bapak saya," ucap Keiran menunjuk gambar kucing, lalu menunjuk ke arah gambar tikus putih. "Ini saya."

Guru wanita itu memiliki ekspresi aneh. "Kenapa kamu gambar orang tua kamu seperti ini?"

"Bapak sama ibu selalu berisik, mirip anjing dan kucing punya tetangga," jawab Keiran polos.

Guru wanita itu meringis mendengar perkataan dari seorang anak kecil yang masih sangat polos hingga tidak tahu bahwa dirinya mengalami broken home.

Guru wanita itu membuka tasnya, lalu mengambil cokelat yang ada di dalamnya. "Nih, Ibu punya cokelat buat kamu."

Keiran menatap cokelat tersebut, lalu menerimanya. Kemudian mendengar suara guru wanita itu yang kembali berbicara.

"Lain kali, kalau orang tua kamu berisik lagi. Kamu makan cokelat saja ya, jangan dengarkan mereka," ujar guru wanita itu tersenyum.

Keiran terdiam. Otaknya sedang mencerna perkataan guru wanita itu, hingga mencapai pada kesimpulan yang membuat Keiran mengangguk. "Baik, Bu guru."

Guru wanita itu tersenyum, lalu mengelus kepalanya.

Setelah pulang sekolah, Keiran kembali pulang ke rumah dan terlihat kedua orang tuanya yang kembali bertengkar dengan topik pembahasan yang sama.

Kali ini, Keiran tidak langsung masuk kamar melainkan duduk di kursi menyaksikan pertengkaran mereka dengan memakan cokelat pemberian dari gurunya.

Keiran juga merasa senang karena cokelatnya terasa enak dengan adanya beberapa kacang sebagai pelengkap.

"Kei, masuk ke kamar nak," ucap Farhan saat melihat putranya menonton perdebatan mereka.

"Kata bu guru, kalau bapak sama ibu berisik. Kei harus makan cokelat," sahut Keiran polos.

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now