22 Sial

10.4K 1.4K 59
                                    

Rune tersenyum lemah. "Kak ... Zio," ucap Rune dengan suara lemah, lalu mulai menutup matanya secara perlahan.

"... dasar bodoh."

Venezio melepaskan jubah hitam yang di pakai oleh adik bungsunya. Lalu mengangkat tubuh Rune yang tidak sadarkan diri akibat pukulan yang dia berikan di bagian perut.

Venezio membaringkan tubuh Rune di atas kursi panjang, lalu melepaskan pakaian lapisan luar yang berlengan panjang. Dan membiarkan dua lapisan pakaian dalam berwarna putih yang berlengan pendek.

Netra matanya melihat ke arah lengan kanan milik Rune yang terbalut perban, dengan darah yang membasahi sebagian lengannya.

"Ternyata benar," gumamnya. Venezio tidak tahu bagaimana adik bungsunya mendapatkan luka seperti itu, karena dia baru saja kembali dari tugasnya.

"Sepertinya telah terjadi sesuatu di istana, selama aku pergi," pikirnya. Venezio memandangi wajah damai Rune saat pingsan. Rasanya sudah lama dia tidak sedekat ini dengan adik bungsunya.

Mungkin, akan lebih tepatnya dengan adik-adiknya yang lain juga. Sayangnya, mereka berenam tidak bisa seperti dulu lagi. Dimana, mereka bermain dan bersenang-senang bersama.

"Bangsat," umpat Venezio. "Ini semua gara-gara bajingan tua sialan itu!! Kapan sih dia matinya!" lanjutnya.

Venezio mengusap wajahnya frustrasi. Netra matanya kembali melihat wajah Rune, jari telunjuknya menyentuh pipi Rune yang terlihat tirus.

"Sepertinya dulu, pipi ini sedikit berisi." Venezio tersenyum tipis mengingat memory masa lalu, namun wajahnya kembali menjadi datar begitu merasakan magis di ruangan itu.

"Tuan, anda memanggil saya?" ucap seorang pria yang baru saja muncul.

"Ya, sembuhkan-" ucapan Venezio berhenti, dia merasakan energi magis yang familiar.

"Clay, kau boleh pergi."

Pria bernama Clay menatap punggung Venezio dengan ekspresi bingung, namun begitu dia merasakan energi magis yang familiar, dia pun mulai mengerti.

"Baik, Tuan." Clay menghilang dari tempat tersebut menggunakan sihir teleportasi.

Venezio menyisir rambut hitamnya ke belakang. "Ck, seperti biasa, kau sangat cepat soal informasi." Venezio melirik ke sudut ruangan yang terdapat sosok berjubah hitam.

Sosok berjubah hitam tersebut membuka tudung yang menutupi bagian kepala. Rambut abu gelap yang panjang terjatuh dari pundak. Netra matanya yang indah tertutupi oleh sehelai kain hitam, namun itu tidak menghalangi pandangan matanya.

Aaron Oulexius, seorang pria berusia 30 tahun. Pangeran pertama sekaligus putra mahkota dari kerajaan Scorpio. Pemilik sembilan lingkaran sihir.

"Kau membuat kekacauan di istana Lunar."

Suara dingin dan menusuk terdengar di telinga Venezio. "Hahaha, biar ku tebak, apa anjing kecil mengamuk di sana?" tanya Venezio dengan seringai kecil di wajahnya.

Di balik kain hitam, netra mata Aaron melihat seringai kecil penuh kenakalan di wajah Venezio. Hal itu membuatnya mengalihkan pandangan, lalu melihat ke arah adik bungsunya yang sedang terbaring di kursi panjang.

"Kau ... melukainya."

Aaron melihat luka di bagian lengan kanan serta bagian perut yang sedikit memar dan bekas luka di area leher. Dia mengambil langkah maju, lalu mengulurkan tangannya ke perut Rune. Kemudian menyalurkan sihir penyembuhan.

Venezio duduk di kursi menyaksikan kakaknya sedang mengobati adik bungsu. "Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku pergi?" tanyanya.

"Perpustakaan istana meledak, dan adik bungsu sedang berada di sana. Itu sebabnya dia terluka, tapi menurut informasi luka Noah lebih parah dari adik bungsu karena pria tua itu melindunginya."

Aaron memberikan penjelasan kepada adiknya tentang informasi yang telah dia ketahui. Tangannya dengan hati-hati melepaskan perban yang sudah berdarah, dia perlu mengobati luka tersebut.

"Bajingan tua itu mencurigai adik bungsu sebagai pemberontak, dia mengirim dewan Dwayne untuk mengintrogasi adik bungsu."

Venezio mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Suasana hatinya kian memburuk setiap kali dia mendengar informasi yang di berikan oleh kakaknya.

"Introgasi itu gagal, karena setiap adik bungsu ingin menjawabnya dia memuntahkan darah."

"Hal itu membuat bajingan tua sialan! Bangsat!!"

Tembok yang mengelilingi ruangan itu retak akibat tekanan yang Aaron berikan, dia memberikan perisai untuk Venezio dan Rune agar tidak terkena serangan aura miliknya.

Aaron mengeratkan rahangnya. "Bajingan tua itu memanggil Priest dari kekaisaran Capricorn untuk mengintrogasi adik bungsu."

Bugh!!

Braakk.

Braakk.

Venezio memukul tembok di belakangnya hingga berlubang hingga mencapai lima ruangan yang rusak akibat pukulan tersebut.

"SIALAN!! dia telah membuat adik ketiga lumpuh, adik keempat buta, dan sekarang dia ingin membunuh adik bungsu?!!"

Venezio meraung keras. Tatapan matanya tajam, uratnya menonjol dengan tekanan aura yang mencekam. "Apa rencana mu, Kak Aaron?" tanya Venezio dingin.

"Bergerak tanpa suara, aku tidak ingin adik bungsu menjadi kambing hitam atas tindakan pemberontakan yang akan kita lakukan," jawab Aaron santai.

Tangannya mengusap kepala Rune dengan lembut, sudut mulutnya berkedut melihat wajah damai adik bungsunya.

Venezio mengusap wajahnya, lalu menyisir rambutnya ke belakang. "Cih, aku butuh anggur," decak Venezio frustasi.

Aaron mengambil sebotol anggur dari balik jubahnya, lalu melemparkan botol tersebut ke arah Venezio.

"Tidak ada yang kedua, ada adik bungsu di sini." Aaron memberi peringatan, dia tidak ingin Rune mengikuti kebiasaan buruk dari Venezio.

Venezio meneguk anggur dari botolnya secara langsung, wajahnya seketika memerah namun pikirannya masih jernih. "Apa masih ada hal yang belum aku ketahui?" tanya Venezio, lalu meneguk anggur kembali.

Aaron duduk di salah satu kursi terdekat dengan tempat Rune, lalu mengeluarkan sebotol anggur dan gelas bening. Dia menuangkan anggur ke dalam gelas, dan meminumnya dengan getaran keanggunan.

"Ketiga kerajaan tetangga telah melakukan pergerakan aneh, sepertinya mereka telah berniat untuk mengingkari perjanjian aliansi," ujar Aaron.

Wajah Aaron sedikit memerah begitu meminum anggur, namun ekspresi wajahnya tetap tenang dan santai.

Venezio mengerutkan kening. Bila ketiga kerajaan tetangga mengingkari perjanjian aliansi dan mereka berdua melakukan aksi pemberontakan, alhasil kerajaan Scorpio akan benar-benar hancur berantakan.

"Apa kita akan bergabung dengan mereka?" tanya Venezio.

"Mungkin." Aaron meneguk anggur di gelasnya, lalu tersenyum tipis. "Bagaimana menurut mu adik bungsu?"

Rune membuka matanya, lalu bangkit dari posisinya dan duduk di ujung kursi yang sedikit jauh dari tempat dua orang gila.

"Aku benar-benar sial," keluh Rune. Dia sudah mendengar percakapan mereka berdua saat berada di tempat sang naga putih, Eros.

Rune memiliki wajah tabah, namun pikirannya frustasi. Percayalah meskipun wajah Aaron seperti orang normal, namun dia lebih gila dari Venezio.

Dan dia sekarang tinggal satu ruangan bersama dua bajingan gila.

Dia telah membuat rencana sebelumnya, tapi rencana itu harus pupus begitu bertemu mereka berdua. Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan adalah ... pasrah.

"Seharusnya aku tidak keluar dari istana." Rune kembali mengeluh dengan memeluk kedua lututnya.

Venezio terkekeh, sedangkan Aaron tersenyum tipis mendengar gerutuan dari adik bungsunya yang terlihat murung di ujung kursi panjang.

'Imut,' batin mereka berdua.

* * *

Maaf ya guys, karakter yang waras sedang dalam proses pembuatan😭

Vala mencoba membuat karakter waras di cerita ini, semoga saja berhasil🤓

See you🔥

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now