54 Aku datang

3.9K 635 53
                                    

Terlihat orang-orang berlarian kesana-kemari dengan perasaan panik dan ketakutan begitu mendengar suara ledakan yang terdengar. Itu adalah pemandangan yang Saddam lihat begitu mereka sampai di Ibukota.

Saddam mengambil langkah maju ke tempat kursi panjang, lalu naik ke atasnya. "SEMUANYA HARAP TENANG! AKU SUDAH BERADA DI SINI UNTUK KALIAN!" ucap Saddam dengan suara keras agar terdengar oleh banyak orang yang berlalu-lalang.

"Yang mulia!"

"Yang mulia putra mahkota sudah di sini."

Perkataan Saddam berhasil membuat seluruh tatapan tertuju padanya dengan binar harapan di mata mereka. "Aku minta kalian semua untuk tetap tenang, ikuti arahan para kesatria untuk kembali ke rumah kalian masing-masing. Masalah ini biarkan aku yang mengatasinya," ujar Saddam penuh wibawa.

Kata-kata yang diucapkan Saddam membuat para warga yang sedang ketakutan sedikit rileks, karena calon pemimpin mereka yang akan mengatasi masalah suara ledakan tersebut.

Para warga pun mengikuti arahan dari para kesatria untuk kembali ke rumah masing-masing dalam belum perlindungan.

Saat itu seorang gadis kecil berjalan dengan menghampiri tempat Saddam. Tangan mungilnya menarik-narik pakaian besar milik Saddam.

Saddam tersenyum lembut. Dia merendahkan tubuhnya untuk menyesuaikan tinggi gadis kecil itu, lalu mengulurkan tangannya mengelus kepalanya. "Kenapa hm?"

"Yang mulia, aku terpisah dengan ibuku," ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

"Begitu." Saddam menatap ke arah Roxana dan Varen dengan memberi kode untuk mendekat. Mereka berdua menatap satu sama lain lalu berjalan menghampiri.

"Dengar ya." Saddam menghapus air mata di wajah gadis kecil itu dengan jarinya. "Mereka berdua ini adalah keluarga ku, mereka bisa membawamu bertemu dengan ibumu. Ikut dengan mereka ya, gadis cantik," ucap Saddam lembut.

Gadis kecil itu menatap ke arah Roxana dan Varen sebentar lalu mengangguk. "Baik."

"Anak pintar," ucap Saddam tersenyum.

Roxana menggendong gadis kecil itu, lalu memberinya sebatang cokelat. "Kamu mau?" tanya Roxana lembut.

Gadis kecil itu menatap sejenak lalu mengangguk.

Roxana memberikan cokelat tersebut. Tapi keningnya mengkerut melihat gadis kecil itu yang hanya memegang cokelatnya tanpa memakannya. Berbeda dengan anak kecil yang ditemuinya di hutan.

Saddam memperhatikan kedua adiknya yang sedang mengantar seorang gadis kecil untuk menemukan ibunya. Saddam melirik ke arah kesatria. "Bagaimana hasilnya?"

Seorang kesatria mengambil langkah mendekat, kemudian membungkuk hormat. "Saya menghadap Yang mulia." Kesatria itu menunjukkan beberapa buah benda yang dia temukan serta selembar kertas yang berisi tulisan.

"Kami menemukan benda ini begitu mendekati asal suara ledakan, tidak ada dampak dari ledakan tersebut. Hanya saja terdengar suara keras yang membuat para warga panik, dan kertas ini," ucap kesatria itu menjelaskan.

Saddam meraih kertas tersebut dan membukanya. Di sana terdapat dua kata yang tertulis dalam selembar kertas itu dan satu kata yang tertulis di belakangnya.

Hitam Putih.

Mawar.

"Apa maksudnya ini?" gumam Saddam pelan.

Di saat Saddam sedang kebingungan dengan teka-teki yang tertulis dalam kertas, di saat yang bersamaan juga Rhys sedang berlatih pedang menggunakan pedang kayu di halaman belakang istana Lunar.

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now