49 Anak laki-laki?

3.4K 686 38
                                    

Amber tersenyum cerah melihat gaun yang berhasil dia dapatkan dengan susah payah berkeliling toko pakaian. Karena semuanya telah selesai, Amber memutuskan untuk kembali.

Amber berjalan mendekati ruang tunggu, keningnya mengkerut saat hanya melihat pangeran Cadee yang sedang tertidur dan pangeran Islan yang memasang wajah tertekuk.

"Apa kau sudah mendapatkan gaunnya?" tanya Islan.

"Dimana pangeran Rune?" ucap Amber bertanya.

Islan menghela napas. Bukannya menjawab pertanyaan darinya, Amber justru mengajukan pertanyaan lainnya.

"Pangeran Rune kembali untuk menyimpan barang belanjaan ke kereta," jawab Islan dengan nada malas.

Amber melebarkan matanya. "Kau membiarkannya pergi sendirian!" seru Amber.

Islan mengangguk kecil. "Ya."

"Astaga!" Amber frustasi.

Cadee mengerutkan keningnya, mendengar suara berisik yang menganggu waktu tidurnya. Dia menguap kecil, lalu memperhatikan Amber yang sedang berdebat dengan Islan.

Cadee menghela napas. Sekali lagi dia harus mendengar suara omelan dari Amber. Netra matanya melirik ke samping, keningnya mengkerut karena tidak menemukan sosok pangeran Rune.

Seingatnya pangeran Rune berada di sampingnya sebelum dia tertidur.

"Dimana pangeran Rune?" ucap Cadee mengernyit heran.

Pertanyaan yang diajukan oleh Cadee tidak mendapatkan jawaban, melainkan tatapan tajam dari Amber.

Amber mengeratkan rahangnya. "Kita kembali sekarang!" ucap Amber tegas.

Akhirnya mereka bertiga pun berjalan menuju kereta. Sepanjang perjalanan, Amber menggerutu karena mereka berdua telah membiarkan seorang anak kecil membawa banyak barang sendirian.

Mereka sampai di kereta yang mengantar mereka kemari, namun tidak menemukan keberadaan dari pangeran Rune.

Amber menggigit bibirnya merasa khawatir. "Apa kau melihat seorang anak datang kemari membawa barang?" tanya Amber pada kusir kuda yang menjaga kereta.

"Ya, setelah itu dia pergi kembali," jawab kusir kuda.

"Kau yakin dia pergi lagi?" ucap Amber bertanya sekali lagi untuk memastikan.

"Itu benar." Kusir kuda itu mengangguk yakin.

Amber menutup mulutnya. "Astaga, apakah pangeran Rune tersesat? Bagaimana bila terjadi sesuatu dengannya?"

"Hei, tenanglah," ucap Islan memegang pundak Amber. "Aku yakin pangeran Rune baik-baik saja." Islan memberikan kata-kata penenang melihat raut wajah Amber yang terlihat khawatir.

"Kalian pergi duluan saja, biar aku yang mencarinya," ucap Cadee.

"Tidak." Amber menggelengkan kepalanya. "Kita pergi bersama, maka pulang pun harus bersama," ucap Amber tegas.

"Kalau begitu, kita harus segera mencarinya sebelum gelap," ucap Islan.

Cadee mengangguk setuju.

Mereka pun mulai bergerak untuk mencari keberadaan pangeran Rune. Cadee memperhatikan sekelilingnya dengan hati-hati agar tidak melewatkan sedikit pun petunjuk untuk menemukan pangeran Rune.

Ada rasa bersalah dalam dirinya, karena pangeran Rune menghilang akibat kelalaiannya dalam menjaga. Padahal pangeran Rhys telah memperingatkan dirinya bahwa saudara kembarnya itu lebih mudah menghilang.

Tentu saja Cadee tidak menyangka kalau itu memang benar.

Haruskah dia mengikatnya?

Sementara itu Rune masih berkeliaran mencari jalan pulang. Dan sejak tadi Eros terus menerus mengomeli dirinya karena memilih untuk berkeliling hingga berujung tersesat.

Danaus Plexippus Where stories live. Discover now