2

333 102 10
                                    


"Sera, ayo bangun! Nanti kau terlambat ke sekolah."

Sera tersentak bangun bersama napas yang terasa berat dan wajah lembab yang hangat. Dia mengedarkan pandangan dan tersentak kedua kalinya, begitu gelombang ombak besar datang menerjangnya. Dia gelagapan, berusaha naik ke permukaan sembari meneriakkan satu nama.

"Ibu! Tolong aku!"

Gulungan air asin membawanya kian dalam, memenuhi rongga mulut dan hidung sementara dia melihat sosok sang Ibu berlarian menyusul ke laut lepas yang sedang pasang. Tangan sang Ibu berhasil memeganginya, dia ditarik ke atas sebelum ombak lebih besar kembali datang.

Suara ayahnya terdengar kemudian, tangannya ditarik oleh ayahnya. Dia berusaha menarik sang Ibu bersamanya, tetapi pegangannya terlepas. Ibunya menjauh, jauh dan semakin jauh, tersapu gelombang ke dasar lautan, tenggelam tanpa pernah bisa ditemukan lagi.

Sera kembali terjaga dari mimpi yang terasa sangat nyata sampai dia terbatuk-batuk, seolah-olah ada air yang memenuhi mulut dan hidung yang membuat rongga dadanya sesak. Sera mencoba bernapas normal tapi tidak berhasil, wajahnya terasa sangat panas dan dia haus.

Dia keluar dari kamar, sempoyongan menuju dapur yang terasa sangat jauh. Dia naik tangga ke lantai tiga di antara dunianya yang berputar sangat cepat, mencoba mengingat area dapur tapi justru melihat sosok besar mendekatinya. Sebelum sempat melafalkan nama pria itu, dia sudah jatuh lemas dan pria itu buru-buru mengangkatnya.

"Sera, bangun!"

Sera bisa mendengar suara Jungkook, merasakan tangan pria itu menepuk pipi. Tetapi matanya seperti diberi lem, dia tidak punya daya untuk sekedar mengerjap atau mengangkat kepala, lalu tubuhnya yang awalnya duduk direbahkan ke tempat tidur.

"Sera, buka matamu. Demammu tinggi sekali, kau harus minum obat." Jungkook berkata, lalu setengah memaksa Sera duduk, menjejalkan sesendok paracetamol yang sudah dia cairkan ke mulut Sera.

Sera terbatuk-batuk, setengah sadar menelan obat yang terasa getir dan meminum segelas air. Suhu tubuhnya sangat panas, dia lemas, membiarkan Jungkook mengompresnya. Dia bahkan diam saja saat tangan Jungkook meletakkan kompres air hangat di kening, lipatan lengan dan lehernya.

Dua menit kemudian—atau begitulah rasanya, Sera terbangun lagi dengan hentakan keras dan berkeringat, membasahi wajah dan pakaiannya. Dia menoleh, mendapati Jungkook ketiduran, duduk bersandar di ranjang di sebelahnya. Sera mengedarkan pandangannya yang berbayang, kepalanya sakit dan berputar-putar.

Dia tahu tidak berada di kamarnya, tapi terlalu lemas untuk turun dari tempat tidur dan pindah kamar. Dia kepingin ganti baju, namun akhirnya bersandar di sebelah Jungkook. Suhu badannya masih sama, panas, sampai-sampai dia seperti mengeluarkan uap panas dari tenggorokan.

"Jungkook—" Sera berusaha membangunkan Jungkook. Dia tidak ingin mati sendirian, masih ingin pulang untuk melihat ayah dan adiknya.

"Sera!" Jungkook tersentak bangun, refleks memegangi wajah Sera yang merah karena demam.

Gadis itu berkeringat, nyaris roboh kalau dia tidak memeganginya. Jungkook merebahkan Sera, menyambar ponsel dan menelepon Seokjin. Di antara kepanikan, dia menjelaskan kondisi Sera.

"Beri paracetamol tiap empat jam, kompres, ganti pakaiannya tiap dia berkeringat. Kalau tetap tidak berkurang bawa dia ke rumah sakit." Seokjin berkata di seberang telepon.

Jungkook mengambil obat lagi dan meminumkannya pada Sera, dia mengambil satu kaos putih dari lemari pakaiannya lalu tertegun di pinggir ranjang.

Bagaimana cara mengganti pakaiannya? pikir Jungkook, tapi kemudian, dia sudah berjongkok dan membangunkan Sera.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now