2

872 163 55
                                    


Jeon Jung Kook mengusap kepala bagian kanan yang masih sakit dan berdenyut, benjolan terasa tiap kali dia mengusapnya. Sudah berlalu 10 jam sejak Cho Sera memukul kepalanya pakai nampan kayu. Oh, Jungkook bahkan hafal dengan nama gadis itu, nama salah satu staf kebersihan di kantornya.

Bukan cuma namanya yang Jungkook ingat, dia juga mengingat manik mata sebening kristal menatap marah setelah dia mencium gadis itu tanpa izin, nyaris brutal, tanpa tahu alasan jelas kenapa dia bertingkah serendah itu pada Sera.

Jungkook memang pria berengsek, kerap menghabiskan malam di kelab striptis, tetapi tetap saja dia tidak pernah melecehkan gadis mana pun di sepanjang hidup. Namun bagian tergila dari kejadian tadi pagi adalah gadis itu justru memberi efek bagai obat perangsang, mengusik hormone tertosteron Jungkook sampai ke puncak, selayak candu alkohol yang memabukkan.

Kalau diingat-ingat, Sera bukan jenis perempuan yang punya badan bagus. Gadis itu terlalu kurus, pendek, tidak sampai setinggi bahu, dadanya juga tidak besar....

Anjing!—maki Jungkook jengkel. Bagaimana bisa dia malah mengingat ukuran spesifik gadis itu, hanya karena lengannya tidak sengaja menyentuh bagian itu selama dia mencium Sera.

Fiks! Jeon Jung Kook kini layak dapat predikat lelaki mesum yang didoakan mati membusuk di neraka.

Pesan singkat berisi ajakan merayakan-pesta-teman-tambah-tua yang sebetulnya tidak terlalu diharapkan muncul di layar ponselnya. Jika yang mengajak bukan sepupu sekaligus sahabat sedari kecil, Jungkook tidak akan mau merepotkan diri datang meski yang ulang tahun kakak tiri Jimin, terhitung masih sepupunya juga.

Masih dibawah efek sakit kepala yang memusingkan, Jungkook terpaksa mendatangi kelab mewah di Gangnam-gu. Butuh waktu 20 menit sampai di kelab Hotel Parkheur Paradise. Sesampainya di sana, dia langsung disambut oleh pelukan hangat seorang pria. Agak risih, membalas dengan tepukan ringan di bahu, sebelum melerai pelukan itu cepat-cepat.

"Kupikir tidak datang," kata sahabat Jungkook yang tadi sempat disinggung di narasi awal. "Katanya kepalamu cedera, beneran dipukul nampan?" tanyanya sekali lagi.

Dia Park Jimin, sepupu Jungkook, putra tunggal dari pemilik Jihope Life Insurance yang memilih menjadi pengacara perceraian Selebriti, dibandingkn mewarisi perusahaan asuransi dengan pelanggan lebih dari tujuh juta jiwa. Meski kalah jauh dari JK Company (perusahaan keluarga Jungkook), Forbes mencatat kekayaan Park Jin Jae, ayahnya Jimin, mencapai 1,7 milyar dolar. Tahun ini, keluarga Jimin menduduki posisi ke-14 sebagai orang terkaya di Korea.

"Bagaimana bisa cleaning service memukulmu sebrutal itu, kau pasti melakukan kesalahan fatal padanya. Benar?" ujar Jimin, seraya mengapit lengan Jungkook.

"Ya, aku menciumnya tanpa izin," jawab Jungkook, melepaskan rangkulan Jimin tergesa.

"Di Korea pria-pria gandengan tangan wajar kok, lagi pula kau adikku," tukas Jimin sambil kembali merangkul lengan Jungkook yang keras.

"Jim, orang-orang bisa benar-benar berpikir kalau kita—"

"Homo?" Jimin tertawa sampai matanya yang sipit tinggal segaris. "Kita di Korea, bukan di Eropa, Amerika, Madagaskar, Wakanda—atau negara apa lah itu namanya."

Jimin tertawa lagi, terbahak, kepalanya tertunduk-tunduk sampai bersandar di bahu Jungkook yang bidang. Jungkook bergidik ngeri, lama tinggal di benua biru membuat dia mengangap hal lumrah di Korea, bagai virus mematikan yang harus dijauhi sebelum dia ketularan. Risih.

Aku pria normal, batinnya, lalu kemudian, langsung bisa horny kalau ketemu gadis yang pas. Jungkook kepikiran Sera lagi, kepingin melihat gadis itu sekali lagi.

Crimson AutumnOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz