8

301 110 27
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

Kabut tipis jatuh seperti permen kapas di antara puncak pohon cemara, memagari sekeliling rumah Rabu pagi. Hari ini Sera bangun lebih pagi dari biasanya, pukul setengah enam, buru-buru turun dari ranjang untuk cuci muka dan gosok gigi.

Sejujurnya dulu Sera selalu bangun jam lima, membersihkan rumah dan membuat makanan untuk Beomgyu dan ayahnya, seyogyanya bangun siang adalah pekerjaan yang sulit baginya. 

Setelah berdamai dengan keadaan dan pekerjaan—anggaplah Sera bekerja pada Jungkook sebab pernikahan mereka hanya kontrak tujuh bulan, Sera bangun pagi lagi seperti yang biasa dia lakukan di sepanjang hidupnya.

Semangat memulai hari memenuhi dirinya, semua terasa baik pagi ini, mungkin karena dia mulai melepaskan tumpukan beban yang selama ini mempenggaruhi dirinya. Seokjin bilang hidupnya tidak seburuk yang dia bayangkan, kematian Ibunya adalah takdir Tuhan dan tidak ada manusia yang mampu menghindarinya.

Sera masih mengusap wajahnya pakai handuk bertekstur lembut, tertumpuk pada rak samping wastafel saat terdengar ketukan di pintu. Dia menghela diri dari kamar mandi, membuka pintu kamar sedikit mungkin, mengintip ke depan selasar yang sunyi. Tetapi kemudian dia terhenyak sampai kepalanya membentur pinggiran pintu, tahu-tahu Jungkook muncul di depannya, sangat dekat sampai Sera merasa wajah Jungkook akan menabraknya.

"YAK!!!" teriakkan Sera menggema di seantero lantai dua, beradu tawa menyebalkan Jungkook yang membuatnya jengkel setengah hidup, sementara tangan pria itu mengusap-usap bagian kepalanya yang terbentur.

"Sakit?" tanya Jungkook, tapi Sera cuma mendesis dan menepis tangannya.

Kekesalan menumpuk begitu saja, hilang sudah suasana baik yang Sera pupuk sewaktu bangun tadi. Rasanya dia ingin memaki dan memukuli Jungkook, tetapi pria di depannya ini seolah-olah membesar dua kali dalam balutan kaos pendek, mengekspos tattoo lengan kanan yang penuh.

Sera baru menyadarinya sekarang. Jungkook seperti pria berandalan meski tampan, lengannya yang besar itu bisa saja membunuh Sera hanya dengan satu kali hentakan.

"Ayo, ada yang ingin kutunjukkan padamu."

Sera terhenyak, tidak sempat menghindar saat Jungkook keburu meraih tangannya yang kecil, tenggelam di balik genggaman Jungkook yang erat tapi lembut. Mereka menelusuri selasar yang panjang, ruang kerja Jungkook, ruang tengah, ruang santai, perpustakaan, ruangan lagi, sampai tiba di beranda dengan kolam air hangat di sisi kanan.

Jungkook membawa Sera ke sisi kiri, melewati teras di antara dinding ruang kaca, dipisahkan kolam panjang yang bersih dan jernih. Di sebelah Jungkook Sera terpana, sebab dia bahkan belum pernah menginjak bagian rumah yang dilihatnya sekarang.

Sera belum menelusuri rumah secara keseluruhan, dia juga bingung kenapa Jungkook membeli rumah sebesar itu, padahal hanya ditinggali mereka berdua dengan pelayan yang tidak lebih dari tujuh orang termasuk Hayeon.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now