1

746 133 47
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷🌷🌷

Sera tidak mengemasi banyak barang ke dalam tas bepergian yang dia tenteng di tangan kiri, hanya lima potong baju layak pakai dan tiga setel baju baru yang dia beli kemarin. Setelahnya Sera bergegas ke rumah Lee Hyun, dia memberikan kartu atm kepada Yujin, terisi 30 juta won. Jimin telah mentransfer uang muka dari kesepakatan pekerjaan, dia membaginya untuk beli baju dan sepatu layak, keperluan Beomgyu dan ayahnya.

"Eonni, uang ini untuk keperluan Beomgyu selama aku tidak ada, dia telah membayar semua gajiku dimuka. Kalau Eonni butuh sesuatu, pakai saja."

"Apa yang kau katakan, uang ini hasil kerjamu selama setahun," kata Yujin. "Lagi pula bukan masalah besar kalau Beomgyu tinggal bersama kami, ada kamar kosong di atas yang bisa dia pakai. Kalian berdua dan Paman Cho, sudah kuanggap sebagai keluarga sendiri."

Sekarang pukul 10 pagi, Sera sengaja meminta waktu pada Yoongi untuk berangkat setelah Beomgyu pergi ke sekolah. Dia juga membutuhkan jeda waktu membujuk ayahnya menemui psikiater, dirawat disana sampai keadaan ayahnya lebih baik. Dia telah melunasi pembayaran sebesar 60 juta, untuk biaya perawatan ayahnya selama setahun.

"Lantas Paman Cho mau kau bawa kemana, Sera?"

"Ke rumah sakit khusus psikologi, rumah sakit Moon Child bagus untuk menangani masalah kesehatan mental."

"Perawatan di sana biayanya besar, itu 'kan rumah sakit mahal."

"Aku sudah membayarnya dengan gajiku."

"Bosmu baik sekali."

Sera mengangguk samar, meski tidak bisa tersenyum. "Iya, dia—sangat baik."

Sera hanya perlu bekerja selama tujuh bulan. Ayahnya sembuh, lalu Beomgyu lulus sekolah. Mereka pindah ke kota lain, memulai hidup baru yang lebih baik—setidaknya, itu yang telah Sera rencanakan untuk kelanjutan hidupnya kelak setelah semuanya selesai.

Ponselnya berdering, Yoongi menelepon. Dia segera pamitan pada Yujin, berjalan cepat ke depan jalan, sengaja meminta Yoongi menunggu di halte bus. Supaya dia tidak mendapat banyak pertanyaan, karena dijemput oleh mobil yang kelewat mewah.

Sera membungkukkan kepalanya singkat tanpa memberi sapaan, meletakkan tas bepergian di kursi belakang, lalu duduk di bangku depan. Titik-titik hujan berjatuhan bagai pasir, saat Yoongi membawanya dalam perjalanan cepat tanpa obrolan. Sunyi dan kosong, sesunyi hatinya yang kini selayak mati.

Sera membuang pandangan ke deretan pohon maple dari balik jendela, berjejer beraturan di sepanjang jalan panjang Ibu kota. Sekarang dia sudah berada sangat jauh dari Gwangju, dari rumah, dari adiknya, dan dari semua orang-orang yang dia kenal.

Sera memikirkan harinya kelak sebagai istri Jungkook, pria yang kerap membuatnya dilanda cemas dan takut. Dia juga mulai berpikir tentang; seberapa parah penyakit psikis Jungkook, sampai harus menjalani rangkaian pengobatan psikiatri. Di matanya Jeon Jungkook terlihat baik-baik saja, Sera tidak paham sama sekali dengan jenis penyakit psikologi.

Crimson AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang