6

676 138 38
                                    

👑 🐻 👑

👑 🐻 👑

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌷🌷🌷

"Sera, selamat ulang tahun!"

Sera terjaga tiba-tiba, tubuhnya kaku dan dingin. Dia berusaha mencari suara sang Ibu yang memanggilnya, menyibak selimut dan mendekati pintu. Sera terkesiap mendapati dia ada di pinggir jalan, melihat ibunya menyeberang, lalu masuk ke hutan lindung di seberang sana.

"I-Ibu—! Tunggu aku!"

Sera buru-buru menyusul Ibunya masuk ke hutan lindung, tempat favorit keluarganya sejak dia kecil, menelusuri jalan setapak penuh runtuhan ranting. Pohon besar, rindang, berbaris rapi di sisi kanan dan kiri jalan, rumput pendek tumbuh di sekitar jalan setapak.

Udara terasa lebih dingin sewaktu Sera semakin memasuki hutan, napasnya mulai berat, berkali-kali ranting kayu menggores kakinya. Sera tidak peduli, terus berlari, mengedarkan pandang untuk menemukan sosok sang Ibu.

"Sayang, selamat ulang tahun."

Sera menoleh, Ibunya berdiri tujuh langkah di depan, tersenyum lebar sembari merentangkan tangan.

"Ibu, di sana bahaya!" Sera cemas, Ibunya berdiri terlalu dekat dengan bibir tebing, tapi bukan mendekat Ibunya justru tertawa lalu mencondongkan tubuhnya.

Detik berikutnya mata Sera melebar, dia kehilangan suara sewaktu sang Ibu menjatuhkan diri ke bawah sebelum akhirnya berhasil berteriak histeris.

"IBU!!!"

Sera tidak bisa mencerna kejadian berikutnya, tahu-tahu tubuhnya mendarat di permukaan air pantai yang dingin. Dalam sekejab sekumpulan air mengepungnya, menghisap seluruh udara di sekitar. Menarik dirinya kuat, menenggelamkan tubuhnya hingga pandangan Sera mengabur. Napasnya satu-satu bahkan nyaris hilang, air memenuhi hidung dan mulutnya, tenaganya habis terhisap air yang semakin membekukan tulang-tulangnya.

Di penghujung napas yang kian berat, dia melihat Ibunya datang dari cahaya kejauhan. Sang Ibu menarik tangannya, mendorong tubuhnya ke atas.

"Sayang, kau harus jadi gadis kuat di masa depan. Ibu sangat menyayangimu Cho Sera."

"Ibu, jangan tinggalkan aku!"

Sera berusaha menarik sang Ibu bersamanya, tetapi pegangannya terlepas. Ibunya menjauh, jauh dan semakin jauh ke dasar lautan, tenggelam bersama air matanya yang tidak bisa dia bendung, hilang tanpa pernah bisa ditemukan lagi.

"IBU!!!"

Bagai tersedot ke lubang hitam dan muncul mendadak, Sera kembali terjaga dari mimpi yang terasa sangat nyata, berdengap dengan mata terbelalak. Dia tak mampu sekedar mengerjap di antara deru napas yang memburu cepat, mulutnya kering, tidak ada suara yang keluar dari tenggorokan saat dia memanggil Ibunya. Tubuhnya lembab oleh keringat, Sera masih diposisi telungkup tanpa mampu bicara selama tiga detik penuh.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now