PERTAMA

18.3K 686 30
                                    

💄💄💄






Seorang gadis tengah melakukan aktivitasnya di pagi hari, setiap hari secara berulang di kamar mandi—menggosok giginya dengan mengenakan baju piyama tanpa lengan.

"Eh, itu apa?" Dia memperlihatkan hal yang janggal itu ke depan cermin. Dengan menahan sikat gigi—membawanya ke dalam mulut.

"Urat? Kok, warna merah?" Lalu ia menggosok punggung lengannya berkali-kali. Siapa tahu noda di lengannya itu akan menghilang.

"Lah gue sakit apa gimana? Yaudahlah nanti gue ke tempat kerja om aja, sekalian cek kesehatan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Lah gue sakit apa gimana? Yaudahlah nanti gue ke tempat kerja om aja, sekalian cek kesehatan." Lalu ia menyelesaikan kegiatan yang tadi sempat tertunda, walaupun otaknya penuh dengan pertanyaan—Amellia Elina, usia 23 tahun pengangguran kaya raya.

Setelah menyelesaikan sekian waktu untuk membersihkan tubuh, ia keluar dari walk in closet. Dia menuju cermin besar di kamarnya, dengan penampilan rapi karena hari ini dia akan bertemu dengan pacarnya—ah, calon mantan tepatnya. Karena bisa-bisanya tadi malam pacarnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Semua tentang pengkhianatan tidak akan ada kata maaf. Karena nanti dia akan memutuskan hubungan secara langsung dengan pacarnya itu, dia harus segar seperti tidak terjadi apa pun—agar cowok itu tahu tanpa dia, Amel juga bisa hidup walaupun sakit.

"Come on kalo lo ga lakuin ini sekarang, sampai akhir dia juga tidak akan pernah berubah. Kemarinkan dia sudah kasih kejutan ke lo Amel, dengan cara berselingkuh dengan sahabat lo sendiri." Ia menghela napas panjang sejenak. "Sekarang giliran lo buat dia terkejut akan kedatangan lo ke rumahnya pagi-pagi." Dia menghapus air mata yang menggenang.

Dia kembali mengecek penampilannya yang mengenakan dress hitam selutut, memakai pita di kepalanya dengan high heels menempel di kaki jenjangnya yang putih, lalu di sertai kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya. Tak lupa makeup dan lipstik merah merona yang menempel dibibir ranumnya.

"Udah cihuy banget ini penampilan gue, gayanya kayak ibu pejabat mau labrak pelakor aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah cihuy banget ini penampilan gue, gayanya kayak ibu pejabat mau labrak pelakor aja. Semuanya sudah siap, gue juga udah bawa semprotan cabe! Kalo dia ngelak matanya gue semprot!" Sambil menggenggam botol spray sudah dia siapkan dan memasukan itu ke dalam tas kecil yang akan dia kenakan.

Amel berjalan keluar kamarnya. Ia menjejakkan kakinya menuruni anak tangga dengan langkah cepat menuju ke ruang tamu.

Amel yang sudah berdiri di ruang tamu melihat sudah ada sepupunya yang sedang bertengger di sofa—tengah membaca novel sendirian.

"Jomblo di rumah aja, jalan-jalanlah kek gue nih." Amel tengah meledek sepupunya, dengan memutar tubuhnya memperlihatkan penampilannya yang cetar.

Yang dipanggil pun melirik sinis, mengamati penampilan Amel dari atas sampai bawah. "Jomblo? Apa kabar dengan lo? Calon jomblo, ya ...," ledek balik sepupu Amel yang hanya beda 3 tahun dengannya—Fira yang tinggal bersama Amel, anak dari Om Amel.

"Sialan! Gue buang novel kesayangan lo, baru tau rasa lo!" ucapnya sambil bertolak pinggang.

"Gue aduin Ayah! Emang, sih, lo yang selalu beliin, ya ... itu kan karena gue nitip aja," elak Fira mendekap novel itu kepelukannya, takut tiba-tiba direbut Amel sepupunya.

"Ga ada yang namanya nitip, ga bayar!" sembur Amel sekali lagi ke Fira.

"Yaudahlah gue mau pergi, jangan baca novel mulu lo, bisa-bisa nanti lo masuk ke dalam sana," sambungnya lalu berjalan melewati Fira menuju pintu depan.

"Gapapa sih malah enak, lebih baik gue pacaran sama cowok fiksi gue, dibanding sama yang real life nyakitin terus," sindirnya ke arah Amel dengan tersenyum kemenangan.

Amel berhenti di ambang pintu, berbalik menghadap sepupu durhakanya. "Korban ghosting aja belagu lo, kesian banget deh gue liatnya," ledek Amel balik bersedekap.

"Pergi deh lo sana, awas aja lo sampai jatuh cinta juga sama pria fiksi! Gue ketawain lo paling kenceng," omel Fira tak mau kalah, sambil melemparkan bantal sofa di belakangnya.

Amel mengelak dari serangan mendadak Fira. "Gak akan! Bye." Amel pergi sambil menjulurkan lidah ke arah sepupunya itu, dia pun berjalan keluar rumah.

~

Pagi sudah berganti malam, hiruk-pikuk perkotaan sudah kembali sunyi. Jam sudah menunjukan pukul 00.00, Amel baru pulang ke rumah dan menyandung sesuatu hingga tubuhnya terhuyung ke samping.

"Aduh, apaan sih!" Dia melihat ke arah kakinya ada sebuah buku tebal berserakan di bawah.

"Lho buku novel? Paling punyanya si Fira nih, tuh anak, ya, taruh barang sembarang aja!" Amel membawa buku itu sampai ke dalam kamarnya, dia akan menyembunyikan buku Fira. Biar tahu rasa sepupunya, kalau dia mencarinya akan Amel bilang tidak ada.

Setelah kepergian Amel ada seseorang yang lewat membawa buku novel itu di dekapannya dan kembali ke kamar—Fira dan buku novel kesayangannya.

Amel pun sudah membersihkan tubuhnya dan duduk di atas ranjang kasur yang empuk, sambil bersila dan menyandarkan tubuhnya ke headboard di belakangnya.

"Hari ini melelahkan, habis putus gue malah jalan-jalan ga jelas buat hilangin rasa sakit ini, tapi gue puas dengan muka pucat mantan gue yang ketahuan selingkuh. Begitupun dengan sahabat gue—sudah gue putuskan persahabatan ini," terangnya mengingat kejadian tadi pagi, dia membuat keributan di depan rumah mantannya itu.

"Capek banget gue, pagi-pagi datengin rumah orang kayak pinjol aja," gerutunya.

Amel menghela nafas berat. "Huft, lelahnya tapi gabut ...." Dia pun menengok ke arah nakas. "Novel si Fira tuh, gue baca deh biar ngantuk." Ia mengambil novel itu, lalu membacanya dengan raut wajah yang berubah-ubah.

"Novel apaan ini, si Fira! Novel kek gini kok dibeli, ya ... walaupun gue yang beliin, sih, tapi mana gue tau isinya beginian. Serem banget enek gue bacanya, banyak adegan berdarahnya." Tetapi ia tetap membuka lembar berikutnya.

"Ganteng doang, tapi gak sayang bini, ganteng doang, tapi psikopat. Triple G nih! Ganteng-ganteng gila! Mana ada bini sendiri disiksa, pelakornya disayang sampai langit ke 7. Mati nanti yang ada anak orang setan! Kan mati beneran bininya! Serem banget woi," racaunya mengomentari setiap adegan di dalam novel.

"Wah gila, udahlah males! Gue bacanya, capek banget hati gue baca ginian doang, pelakor kok disayang ditendang harusnya. Kesel gue lama-lama, tapi seru baca lagi deh." Ia melanjutkan lembar perlembar buku itu.

Akhirnya dia pun membaca sampai jam dua pagi, sampai matanya tak kuat lagi menatap lembar perlembar buku novel itu, mata cantiknya perlahan tertutup, terlelap hingga ke mimpi. Sinar terang muncul dari arah novel yang masih digengaman Amel dan membawa jiwa Amel ke dalam sana.









Hello apa kabar? Kabar baik kah kalian? Bertemu lagi dengan aku Nai di sini, semoga kalian suka dengan cerita ini.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!

Sampai bertemu lagi🚗

Papay👋🏻

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now