KELIMA

12.3K 578 33
                                    

💅🏻💅🏻💅🏻





Di sebuah kamar mandi Fifi terdiam mematung melihat pantulan kaca di depannya, dia melihat urat kemerahan itu muncul juga di tubuh barunya. "Sebenarnya ini apa?" Fifi bertanya tanya di kamar mandi, sambil menyentuh lengannya itu.

"Kalo gue sakit, ga mungkin tanda ini juga terbawa ke dunia ini kan? Aneh."

"Yaudahlah semoga saja tanda ini, tanda baik bukan buruk, ya ... semoga saja." Ia kembali melakukan aktivitas mandinya sebelum berangkat ke sekolah.

Fifi sedang memilih seragam sekolahnya, di sana tertera logo yang menandakan dia sudah kelas Xll. Ia melangkah ke meja riasnya mendudukan dirinya di sana, menatap lamat-lamat wajah barunya ini.

"Dia aslinya cantik banget, sayang nasibnya jelek, terperangkap dengan mereka semua."

"Tapi tenang aja Fifi selama gue yang ada di sini lo aman, harusnya sigitu, ya, kalo nggak ya kita mati bareng-bareng." Pasrahnya dengan semua keadaan ke depannya.

Jemari lentik itu memilih benda cantik di meja sana membawanya kehadapannya, lalu mengoleskan benda itu ke bibir ranumnya.

"Si Fifi kemarin riasannya kayak badut mampang, harusnya kayak gini nih." Fifi kembali mengoleskan make up sesuai porsinya dengan tipis bagaimanapun ia akan ke sekolah bukan ke mall, setidaknya dirinya tidak terlihat pucat.

Setelah selesai mempercantik dirinya, dia berjalan keluar dari walk in closet, berjalan menuju pintu kamar, tetapi langkahnya terhenti ketika bersinggungan dengan kaca full body di sampingnya. Dia tersenyum jail melihat itu tiba-tiba saja sebuah ide muncul di benaknya.

"Oh, iya, kita sapa dulu mereka."
Fifi berdiri tegak di depan cermin memperagakan gaya centil ke depan kaca yang dia tahu di sana ada CCTV.

💅🏻💅🏻💅🏻

•Di ruangan lain.

"Dia kenapa jadi kayak gitu!" Kesal Ael melihat Fifi pagi-pagi sudah melayangkan flying kiss di depan kaca, memonyongkan bibirnya dan tak lupa mengedipkan sebelah mata, Ael jadi merinding sendiri melempar ponsel-nya ke meja.

"Kenapa?" tanya seseorang menghampiri dirinya sesekali ia membenarkan dasinya.

"Ga tau liat sendiri aja merinding gue," ucapnya sambil mengelus tengkuknya yang merinding.

Al mengecek ponsel Ael, dia bergeming. Menaruh kembali ponsel itu di meja membalikan tubuhnya melangkah keluar ruangan.

Fifi berjalan turun ke ruang tamu, dia mencari di mana letak ruang makannya, ketika dia berjalan secara asal malah bertemu Al.

"Bian mau ke mana?" tanya Fifi mendekat ke arah Al.

Al langkahnya terhenti melihat Fifi di depan dengan gaya penampilan yang membuat Al sempat terkejut walau tidak terlihat jelas di wajah datarnya.

"Bian ih gue nanya tau, mau ke mana?" tanya Fifi lagi di hadapan Al yang diam menelisik dirinya.

Al menungkikan alisnya dengan sebutan baru dari Fifi. "Tumben manggil Bian?"

Fifi mengentakan kakinya kesal menatap Al tajam. "Tuh kan salah lagi! Suami salah, Bian salah, emang, ya, perempuan itu serba salah!"

"Ga terbalik tuh?" tanya seseorang yang baru saja datang menghampiri Al dan Fifi di sana.

Fifi menoleh ke arah Ael dengan mendelik. "Gak! Sejak kapan perempuan salah?!"

"Tadi lo—"

"Diem deh berisik banget si lo ngomong mulu!" potong Fifi mengerucutkan bibirnya.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now