TIGABELAS

9.3K 465 17
                                    

🍭🍭🍭






Hari selasa adalah hari yang sangat lambat, seperti Fifi bisa-bisanya dia telat bangun, sekarang sudah siang sedangkan dia masuk jam 07.30 sekarang jam sudah menunjukan pukul 07.25. Gila saja 5 menit lagi bel masuk, dia tengah tergesah-gesah keluar dari kamarnya sebelum kakinya ingin turun menuju tangga. Dia melihat maid keluar dari kamar yang dia ketahui itu kamar pribadi Al, dengan nampan berisi wadah dan obat? Fifi yang penasaran pun mencegat maid itu.

"Permisi itu semua buat apa, ya?" tanyanya kemaid di depan.

"Non ini untuk tuan muda yang sedang demam, tetapi dia tidak mau minum obat dan dikompres," tuturnya menjelaskan Nonanya di depan.

"Sini biar gue aja."

Fifi mengambil nampan itu, maid di depan terkejut dengan tingkah Nonanya, tumben sekali perhatian dengan tuan muda, biasanya acuh tak acuh.

"Udah lo sekarang siapkan bubur aja, biar ini semua gue yang lakuin."

Fifi menyuruh maid itu dan diangguki mengikuti perkataannya pergi dari sana.

Fifi berjalan ragu-ragu ke kamar Al, dia merutuki dirinya sendiri tidak sekolah malah membolos menjaga tunangannya, tetapi tidak apa jiwa kemanusiaan dia lebih besar daripada rasa malu dan canggung kalau berduaan dengan Al di kamar. Ia ingin mengetuk kamar, tetapi pintu itu ternyata sedikit terbuka jadi ia langsung masuk.

Netranya memandang kamar gelap dan tentram, semerbak wangi maskulin punya Al meruak di ruangan itu. Sedikit cahaya masuk dari sela gorden di samping, Fifi mengedarkan pandangan mencari Al ternyata dia tengah meringkuk tidak mengenakan atasan.

Argh pemandangan indah macam apa ini? Tidak sia-sia gue membolos untuk menjaganya kalau pemandangan seindah ini.

"Wah kalo dipikir-pikir kurang ajar juga tuh maid, berarti tadi dia liat pemandangan ini ga bagi-bagi ke gue gitu?!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Wah kalo dipikir-pikir kurang ajar juga tuh maid, berarti tadi dia liat pemandangan ini ga bagi-bagi ke gue gitu?!"

Fifi berjalan mendekat ke samping nakas meletakan nampan itu di sana. Dia menaruh tas sekolah asal, ia berkacak pinggang bagaimana caranya membangunkan Al? Dia tidak mukul atau gigitkan? Kalau tidurnya diganggu, yang lebih ditakutkan lagi kalau semisal tiba-tiba pisau melayang ke arahnya, di dalam novel Al ini sensitif dengan pergerakan kalau tergangu habis sudah mangsanya.

Fifi akhirnya malah mondar-mandir di samping tempat tidur Al.

"Udahlah niat gue kan baik, kalau mati langsung masuk surgakan? Gue mau nolongin orang lho ini."

Ia dengan ragu memaksakan dirinya untuk berjalan maju lebih mendekat ke Al, duduk di samping Al yang masih terlelap.

Ia menepuk selimut Al tidak berani dia menyentuh tubuh Al yang ada khilaf, menggoda sekali Al. Pikiran macam apa itu. Fifi langsung memukul kepalanya sendiri.

"Al yuhu ... bangun Al tokonya mau dibuka."

Hening tak ada jawaban sama sekali.

"Al bangun yuk, minum obat."

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now