KEDUA

14.9K 655 43
                                    

🪐🪐🪐






Mata yang tertutup itu pun tiba-tiba terbuka secara perlahan dan tubuhnya sudah berada di ruangan lain.

"Eh apa nih? Kenapa tangan gue di kepala dia? Kenapa juga kepala dia gue jambak?" tanyanya kemudian dengan cepat melepaskan cengkaman tangan Amel dari kepala gadis di depannya ini.

Gadis yang ia lepaskan itu pun merintih karena ada darah segar keluar dari dahinya.

"Eh, jidat lo berdarah, tuh." Tunjuk Amel ke dahi perempuan yang tak ia kenali.

"Ikh obatin sana, lagian ngapain aja sih di toilet sampai jidat lo berdarah gitu, tawuran di mana lo? Lo cewek kok tawuran," celoteh Amel tak jelas.

Matanya melihat sekeliling dengan bingung.

"Ini di mana?" gerutunya tanpa melihat situasi.

Mendadak saja suara dobrakan terdengar dari arah pintu.

"Wih kenceng amat," sorak Amel melihat itu semua di depannya, datang empat pemuda dengan raut wajah panik yang kentaraan di sana.

Satu di antara cowok itu maju berdiri di hadapannya. "Fifi sialan, lo apain lagi Mia!" berang lelaki itu melotot dengan urat-urat menonjol di lehernya.

"Ha? Lo ngomong sama gue?" Sambil menunjuk dirinya sendiri. Amel tak kenal mereka siapa, gadis itu juga siapa, bahkan sekarang dia di mana, pun tidak tahu.

Lelaki itu mendekat mengikis jarak antara dirinya dan Amel. Dia tanpa sadar pun melangkah mundur, lelaki itu tersenyum remeh lalu membuang pandangannya ke samping.

Tahu-tahu saja dia mengangkat satu tangannya—melayangkan tamparan yang begitu nyaring kepipi Amel.

Wajahnya meringis menoleh dengan cepat ke samping. "A--a anying lo! Salah apa wajah cantik gue lo tampar!" berangnya dengan pandangan memelas ke hadapan lelaki itu di depan, sambil menyentuh pipi kanannya yang kebas atas tamparan itu.

Lelaki di depannya itu mengernyit, dia mengumpat?

"Jangan sekali lagi lo berani melukai pacar gue, atau lo bakal tau akibatnya!" ancam lelaki tersebut dengan nada marah.

"Udah Bar mending kita bawa Mia ke rumah sakit dulu, dari pada ngurusin dia," lerai pemuda yang wajahnya mirip lelaki yang menamparnya tadi.

Ada satu orang yang pandangannya tidak lepas melihat gelagat baru Amel.

Lelaki yang tadi menampar Amel membopong gadis yang duduk di lantai, tidak lupa menyenggol tubuh Amel hingga terhuyung ke samping tembok pembatas kamar mandi. Akhirnya mereka pun pergi meninggalkan Amel sendirian di sana.

"Ga jelas banget si jadi laki! Main tampar-tampar aja, ini di mana, sih?" tanyanya lagi entah kepada siapa, dia melihat sekelilingnya seperti toilet perempuan dan dia berjalan melewati kaca besar di depannya, ia melirik ke arah kaca ia pun terkejut. Kemudian dia pun maju mundur untuk memastikan penglihatannya.

"E--eh itu siapa ngikutin gue terus." Amel memperagakan memegang wajahnya.

"Hoy cabe, ngapain lo ngikutin gue terus!" Nunjuknya ke depan cermin.

"Lho kok dia ngikutin gue." Amel panik tadi perasaan dia tidur, kenapa bangun-bangun di toilet terus pakai seragam. Dia saja sudah lulus 4 tahun lalu, walaupun sekarang dia masih jadi pengangguran.

"Heh, ga mungkin, ini ga mungkin, muka mulus gue jadi dempulan gini, siapa yang make up-pin gue jadi cosplay cabe-cabean gini, sih!" Tunjuknya dengan tangan sebelah meraba wajahnya, dengan geram dia membuka kran wastafel, lalu mencuci wajahnya dengan tergesah-gesah dan kembali melihat ke arah cermin.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now