DUAPULUH SEMBILAN

4.8K 261 28
                                    

♟️♟️♟️


Sekarang Fifi tengah berada di salon, setelah mengambil keputusan. Akhirnya dia memilih memotong pendek rambutnya untuk memancing psikopat tersembunyi. Walaupun ia tahu pasti di antara para lelaki itu semua. Ini sungguh berat mengorbankan nyawanya sendiri tanpa perlindungan apapun. Namun, kalau tidak dimulai dari sekarang, dunia ini akan keburu hilang dan dia belum menyelesaikan misinya. Cici juga sudah mendesaknya untuk berpikir cepat dan memilih keputusan. Ini sudah pilihan tepat.

Fifi mengangguk yakin melihat penampilannya di depan cermin. Rambut hitam bergelombangnya sudah dipotong dengan style wolf cut. Setelah selesai semua sekarang waktunya dia berpikir, apa yang akan dia lakukan untuk memancing psikopat itu selepas dengan rambutnya ini.

"Apa gue genit lagi, ya? Ke mereka semua, kebetulan bangetkan sekarang ini mereka sering kumpul di rumah gue semua, tinggal gue telepon aja sisanya."

Fifi mengetik sesuatu di ponsel-nya, menyuruh mereka semua ke rumahnya. Sekarang dia akan pulang dan menyiapkan semua.

"Tenang Al lo akan tetap jadi target gue, karena kata Cici bukan lo yang bunuh gue berarti siapa dong?"

-

Fifi sudah menyiapkan kue yang tadi ia beli di mall. Meletakan kue itu di ruang tamu menunggu mereka semua untuk datang.

Beberapa sekon akhirnya para tokoh berdatangan, dengan Mia sekaligus.

Mereka semua memperhatikan penampilan Fifi yang berbeda, dengan gaya rambut barunya.

"Wih, potong rambut lo, Fi?" tanya Bimo yang baru datang langsung duduk tidak jauh dari sana.

"Iya, gimana cocok gak?" Dia mengibaskan rambut barunya.

"Cocok banget lebih fresh." Sambil mengangkat dua jempol setara dengan wajahnya.

Fifi mengangguk senang. Tanpa disadari ada seseorang yang menahan gejolak amarah melihat itu semua.

"Siapa yang ulang tahun Fi?" tanya Udin duduk di samping Fifi.

"Nenek gue yang udah di atas," jawabnya asal mana dia tahu siapa yang ulang tahun, inikan hanya akal-akalan saja.

"Tapi kenapa--"

Ucapan Udin terpotong dengan Fifi yang lebih dulu memasangkan topi ulang tahun di kepalanya. Kemudian membagikan ke mereka satu persatu.

El hanya diam menatap topi ulang tahun itu.

Fifi menoleh menatap El yang diam saja. "Kenapa El? Ga muat topinya dikepala lo?"

"Pakain juga," jawabnya cepat sambil menoleh.

Fifi melipat bibirnya ke dalam menahan gemas. Ia mengangguk cepat mengambil topi milik El lalu langsung memakaikannya.

Ia menepuk tangannya sekali. "Nah, sekarang karena udah ngumpul, ayo kita tiup lilinnya."

"Siapa, sih. Fi yang ulang tahun? Gue ga bawa kado nih," timpal Ael kebingungan.

"Ah, udah siapa aja boleh kok ulang tahun sekarang."

"Fifi ga jelas banget sih ngundang, tapi ga ada yang ulta," sambung Mia.

Fifi langsung menatap keberadaan Mia. "Heh, tadi emang lo ga denger gue ngomong apa, Nenek gue yang udah di atas sekarang ulang tahun dan siapapun boleh ngerayain ini, yang penting ada kue! Lagian gue undang lo cuma formalitas kok, ga nyangka aja gue, lo malah mau datang beneran ke sini," sindir Fifi.

Mia menggeram menahan marah mendengar lontaran dari Fifi.

"Aku ke sini karena kamu ajak cowok aku tahu! Ga mau aku nanti kamu modus sama Bara. Milik. Aku," penekanan di setiap kata.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now