Tunanganku? Oh, bukan! [END]

DUAPULUH TIGA

~~~
Apa yang sudah menjadi takdirku.
Itu semua milikku.

Langit malam yang diselimuti awan tebal. Pancaran cahaya yang menembus ketebalan yang perlahan lahan menghilang.

Gadis yang sudah basah kuyup dan pergelangan kakinya yang terluka. Memejamkan matanya rapat-rapat. Menyilangkan kedua tangannya di depan wajahnya. Memasrahkan kehidupannya kepada hewan buas di depan.

"Eh, tidak terjadi apapun." Dia memberanikan melihat ke depan.

Aung

Aung

Heh? Kenapa suaranya imut sekali

Tingkah harimau itu berbanding terbalik dengan perkiraannya. Hewan ganas itu sedang menduduki di antara kakinya. Menjilati satu tangannya seperti seekor kucing.

Aung

Aung

Geraman terdengar, ia mendekat. Rasa takut terlukis di wajahnya. Tangannya bergetar seperti ada gempa.

Harimau itu mengendus sesuatu kemudian berputar mengibaskan ekornya hingga mengenai wajah Fifi.

"Sakit woi," umpatnya pelan. Sungguh ini situasi menegangkan yang pernah ia lalui selama dia hidup.

Hewan itu menatap kaki Fifi yang luka secara lamat.

"Nah lho, bentar lagi kaki gue hilang."

Harimau itu menjilat luka di pergelangan Kakinya. Menghilangkan noda darah dari sana. Lalu memutar kembali lebih mendekat.

Wajah Fifi terdorong ke belakang secara spontan. Hewan itu tidak gentar melangkah lebih maju.

Meletakan tubuhnya sembarangan di tubuh Fifi. Mendusel kepalanya di lengan Fifi hingga suara dengkuran halus terdengar.

Ekspresi wajahnya menjadi kosong dengan mulut terbuka, melihat tingkah harimau yang sedang tertidur di pangkuannya.

"Heh, homestay kali ah, tubuh gue main rebahan aja nih hewan."