EMPATPULUH

5.1K 284 42
                                    

☃️☃️☃️

Di sudut ruangan yang bertema biru langit ada gadis kecil berusia 7 tahun, dengan rambut menjuntai panjang seperti karakter disney kesukaannya--rapunzel.

Ia tengah asyik bermain boneka barbie di genggamannya seorang diri. Sampai akhirnya fokus dia terbelah setelah mendengar derit pintu yang terbuka. Gadis kecil itu menoleh cepat ke asal suara wajahnya langsung berbinar.

"Mama."

Putri kecil keluarga itu berteriak setelah melihat siapa yang datang ke kamarnya. Ia lantas bangun dan berlari, merentangkan tangannya ke sang mama yang sudah tidak dijumpai selama sepekan. Kedua tangannya diulurkan pada Mama, meminta wanita itu bergegas memeluknya dan dapat.

Tubuh ringkih itu memeluk wanita paruh baya di hadapannya, wajah cantik yang merupakan duplikat baginya.

"Wah anak Mama manis sekali." Duselnya mencium pucuk kepala putrinya.

Anak itu tiba-tiba saja mendorong pelan tubuh Mamah agar menjauh.

"Mama lihat apa yang beda dari aku." Ia memutar tubuhnya seperti ingin menunjukan sesuatu. Mengibaskan rambutnya yang menjuntai.

"Eum ... apa, ya?" Mama menyentuh dagunya seolah-olah sedang berpikir.

"Ikh Mama! Lihat rambutku, sudah seperti rapunzel belum?" katanya sambil mengentakkan kaki kesal.

Sang mama lantas menggapai kepala anaknya, mencium dahi putrinya yang sedang merajuk.

"Apa yang perlu Mama lihat lagi? Anak Mama ini sudah sangat cantik dari dulu." Mama menghujani putrinya dengan banyak kecupan.

Anak kecil itu tertawa kegelian.

"Ikh Mama! Hahah, aku abis dari salon tau sama Mbak,"

"Wah, pantas saja tadi Mama masuk ke kamar ini, di mana ya putri Mama? Ternyata sudah menjadi rapunzel."

"Cantik bukan?"

Mama menjepit hidung kecil putrinya. "Anak Mama memang sangat cantik, rambut kamu indah sekali," puji Mama gemas, dia mengelus surai lembut anaknya—Mia. Warna asli rambut putrinya adalah hitam legam, sekarang menjadi blonde.

"Iya kah? Aku akan menunjukan ke Papa kalau dia sudah pulang, Mah!" pekik Mia senang.

Mama tersenyum menanggapi kegembiraan putrinya. "Pasti Papa sangat senang, Nak,"

Anak kecil itu tersenyum mengembang pancaran bahagia terlihat jelas di matanya. Dengan degupan jantung yang tidak sabar akan kedatangan papanya.

Hingga akhirnya pengasuh Mia masuk ke dalam kamar, menyapa nyonyanya.

"Salam Nyonya, selamat datang kembali ke mansion ini." Tubuhnya membungkuk memberi hormat.

Nyonya hanya mengangguk membalas sapaan pengasuh tersebut.

Tangan Mama kembali membelai lembut wajah putrinya. "Sayang kamu main lagi, ya ... Mama sekarang sedang ada urusan sama pengasuhmu."

Mia mengangguk menggemaskan. Langsung berlari menuju tempatnya tadi.

"Kau kemarilah," ucap Mama agar pengasuh itu mengikutinya keluar kamar.

Sesudah lumayan jauh dari kamar Mia, Mama Vita berbalik badan.

Satu tamparan keras menghujani pipi pengasuh itu.

"Siapa yang bilang rambut anak saya boleh diwarnai! Apa kamu tidak punya otak? Anak baru berusia tujuh tahun masih sekolah sudah diwarnai, apa kau tidak kesian dengan kulit kepalanya!" gertak Mama Vita menatap tajam pengasuh itu yang sedang menunduk dalam.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now