DUAPULUH

7.6K 360 27
                                    

💧💧💧






Pintu besar terbuka dengan munculnya seorang sekretaris kantor membawa berkas atas perintah atasan.

"Permisi Tuan ini berkas yang anda minta." Sekretaris itu membawa berkas ke atas meja Tuannya.

Pria yang sudah tidak muda lagi, kerutan halus terpancar di wajahnya yang rupawan. Ia meraih map itu lalu membacanya secara saksama. Senyum licik terbit dari wajahnya.

"Pantau terus cucu Raharja jangan sampai lolos," ucap Pria itu seraya terkekeh kecil.

"Anak manis, sayang sekali ajalmu sudah dekat." Ia melempar map itu ke meja.

Sekretaris itu membungkuk melihat tuannya yang beranjak berjalan ke arah kaca besar, melukiskan gedung bertingkat tinggi dari lantai 20 kantor ini berada.

"Kabar anak-anakku gimana? Apa dia sudah bisa menerima dengan baik adik kecilnya?" ucapnya sambil terus memandang cuaca siang ini yang cerah.

"Mereka semua baik Tuan, dan tuan muda pun sedang menjalankan misi bersama," bebernya informasi yang ia ketahui.

Pria itu mengangkat dagunya sedikit tersenyum angkuh, seraya mengangguk. Yang ada di otaknya hanya ada kata mati.

💧💧💧

"Fifi lo mau kemana?"

"Fifi kenapa sekarang lo kabur-kaburan, sih!"

"Fifi besty, lo tega banget ninggalin gue mulu,"

Semua itu racauan toko novel di belakang yang selalu membutinya, salahkan pada Fifi lama kenapa dulu dia menempel dengan semua orang disini, dia jadi menyesal dengan sifatnya kemarin. Andai waktu bisa diputar dan Cici datang lebih awal semua ini tidak akan terjadi. Fifi terus berjalan cepat meninggalkan mereka semua. Terserah dia mau dilihat seperti apa oleh murid lain, karena kejar-kejaran di koridor.

Intinya dia harus kabur.

Fifi sudah hampir mencapai gerbang. Akan tetapi, naas. Tasnya sudah di tarik kebelakang terlebih dahulu oleh seseorang.

"Pulang bareng gue." Bisik El di telinga Fifi dengan menabrakan dada bidangnya di bahu Fifi.

Ia memutar tubuhnya.

"Lepas, mau pulang sama supir aja." Ia menarik paksa tas yang digenggam El.

Mungkin pikiran murid yang sedang berlalu lalang disini, seakan melihat pasangan sejoli sedang bertengkar. Oh shit! Tentu tidak ini pertarungan awal menuju kematian.

El melepas kaitan tangannya pada tas Fifi, karena tidak tega telapak tangan Fifi memerah akibat aksi tarik menarik dengan dirinya.

Langkahnya mundur ke belakang membidik tajam El dihadapannya.

"Mulai sekarang ga usah dekat-dekat dengan gue lagi."

El melengos tersenyum sinis, lalu kembali menatap kedua bola mata Fifi menuntut. "Maksud lo apa Fi? Gue ada salah sama lo? Jangan bertingkah aneh tanpa alasan,"

"Pokoknya lo ga boleh dekat-dekat sama gue lagi!" tekadnya.

Kakinya sudah mulai bergetar, karena sudah menjadi tontonan murid lain dan tokoh penting disini.

El menghirup udara dengan kasar. "Mau lo apa sekarang?"

"Jauhi gue, jangan pernah muncul di hadapan gue lagi."

Tangan El menadah meminta pertanggung jawaban. "Terus persahabatan kita?"

"Selesai."

Setelah mengatakan itu langkahnya mundur melambat. Ia melihat raut wajah El seperti bukan dirinya kembali. Fifi langsung memutar balikan tubuhnya berlari ke arah supir yang sudah menunggu di sana.

Tunanganku? Oh, bukan! [END]Where stories live. Discover now