Hari-Hari di Sekolah

174 50 150
                                    

Malam telah berganti pagi, waktunya seluruh aktivitas warga khususnya Tangerang mulai sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang sekolah, bekerja, berdagang, hingga masih banyak kegiatan yang bahkan bisa dilihat di sisi jalan besar.

Dalam pagi hari ini, terdapat dua keluarga yang memiliki latar belakang berbeda. Contohnya, keluarga Alden, memiliki satu-satunya seorang putri membuat Rania sangat penuh mendapatkan kasih sayang.

Hari ini, aktivitas sekolah kembali seperti biasa. Itu artinya, Rania harus benar-benar berusaha keras agar dapat masuk ke dalam kelas gebetannya. Serta menatap puas seseorang yang ia cintai.

Tak tanggung-tanggung saat pelajaran berlangsung, biasanya kelas E terlihat semua muridnya tidak bersemangat, berbeda dengan Rania. Ia sangat bersemangat, karena di dalam pikirannya hanya ada Adam, Adam, dan Adam.

Jika suasana kelas E tampak biasa-biasa saja. Lain halnya dengan kelas A, yaitu kelas Adam bersama murid pilihan. Pagi itu, Pak Nicholas sedang memberikan pelajaran berupa sistem tata surya. Seperti biasa, Adam sejak Pak Nicholas memberikan pertanyaan selalu dijawab oleh Adam tanpa membiarkan teman-teman dikelasnya menjawab.

"Last question. In the solar system, especially a row of planets. Is the planet Pluto still part of the core planet in our solar system?" Hampir saja Nick mengangkat tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sudah kalah telak dengan Adam. Adam yang kapasitas otaknya diatas rata-rata, begitu mudah baginya menjawab pertanyaan dari guru.

"Pluto was removed as a planet in the solar system in 2006 by a vote of the International Astronomical Union (IAU)."

"Jawaban yang bagus Adam! Walaupun hingga saat ini masih menjadi perdebatan, Pluto memang untuk menjadi syarat planet berbentuk bulat dan juga mengorbit pada matahari. Akan tetapi, syarat ketiga tidak dipenuhi oleh Pluto, yakni tidak mampu membersihkan lingkungan orbitnya dalam ruang hampa."

Seluruh siswa dan siswi di kelas itu memberikan tepuk tangan, hanya tepukan tangan dari siswi perempuan yang terdengar keras.

Kringggggg

Seluruh siswa dan siswi SMA Sampoerna berhamburan keluar kelas menuju kantin. Mereka semua jarang sekali membeli jajanan di indomaret depan sekolah. Sebab, semua makanan dan jajanan di kantin tersedia lengkap.

"Ran! Lo yakin mau makan dekat mejanya Adam?" tanya Clara, sahabat Rania yang memiliki porsi badan tinggi. Berbeda dengan Rensya yang memiliki postur badan agak sedikit lebih pendek.

"Yakin banget dong! Ingat! Jodoh itu harus dikejar bukan diam."

"Tapi, masalahnya lo cinta sama Adam, cowok galak anak dari pasangan dokter," ucap Rensya menimpali.

Seperti punuk yang merindukan bulan, mungkin pepatah itu sangat tepat untuk dikaitkan dengan Rania. Baru saja dibicarakan, Adam sudah berjalan memasuki kantin bersama Naira, Adiknya. Naira memang sering bersama Adam, apalagi soal makan. Bukan tidak ingin pisah, melainkan kebiasaan Adam yang sering membaca buku saat makan.

Tapi kali ini, Adam tidak membawa buku sama sekali. Ia hanya membawa airpods, semacam mp3 musik dalam ukuran kecil.

Suasana di kantin tentu saja memancarkan aura bunga sakura. Melihat Adam yang sangat tampan paripurna sedang duduk menikmati makan siangnya sambil mendengarkan musik klasik dari airpods yang ia bawa. Sementara, Naira sibuk menikmati makan siangnya sendiri sambil menonton serial anime.

Rania tidak fokus dengan kegiatan makan siangnya, kedua matanya sibuk menatap sosok Adam. Apalagi, Rania tahu setelah selesai jam pelajaran, laki-laki yang ia sukai tersebut akan melakukan kegiatan kelas tambahan, yaitu berenang. Kesempatan bagi Rania untuk melihat Adam tanpa diganggu oleh siapapun.



School Diary [On Going]Where stories live. Discover now