Bermalam di Bandung

75 24 167
                                    

Sepulang Adrian dari tempat gym, dirinya tidak mendapati istrinya ada di rumah. Baru tadi pagi berjumpa, sudah tidak ada jejaknya. Padahal, ia menghabiskan waktu olahraganya tidak sampai dua jam. Kemana Sofia? Di telpon juga tidak diangkat.

“Mbok Darmi, Sofia kemana?” tanya Adrian kepada Mbok Darmi yang asyik bersantai menonton tv.

“Ke rumah sakit, Adrian,” jawab Mbok Darmi.

Ke rumah sakit? Tiba-tiba pikiran Adrian langsung tertuju pada Rava, dokter baru onkologi.

Adrian yang kepikiran, bersiap-siap ke rumah sakit. Takut istrinya sedang berduaan dengan dokter Rava.

“Ngapain ke rumah sakit?”

Sebelum pergi, Sofia memberitahu Mbok Darmi persoalan dirinya yang akan membantu operasi siang ini. Itu semua karena Rava menghubungi Sofia untuk membantu mengoperasi salah satu pasien, bukan tanpa alasan, melainkan tenaga dokter lainnya tidak ada, kebanyakan libur. Hanya Rava dan satu dokter yang berjaga hari ini.

“Ada operasi,” balas Mbok Darmi sambil menikmati kacang rebus.

Lantas, Adrian berlari menuju kamar untuk meletakkan tas olahraganya dan mengganti pakaian. Tanpa mandi lagi, Adrian berdandan rapi sampai-sampai ia menuangkan hampir seperempat botol parfum ke seluruh tubuhnya. Tidak lupa, ia mengatur rambutnya layaknya anak muda, serta memilih kaos ketat.

Adrian sudah siap. Bapak dua anak itu turun menuju garasi mobil. Sengaja, ia menaiki mobil dengan atap terbuka. Jarang-jarang ia naik mobil ini, terakhir mobil ini dipakai saat hari pernikahannya.

Mbok Darmi melihat Adrian berdandan seperti itu hanya bisa tertawa. Bisa-bisanya ia sangat cemburu dengan Rava. Untung saja Sofia bercerita padanya terlebih dahulu. Di usia Adrian yang sudah kepala empat, tidak ingin kalah dengan anak muda.

“Adrian mau kemana?” tanya Pak Warno.

“Menyelamatkan Sofia dari kucing garong. Pak Tarsim tolong buka gerbangnya.” Pak Tarsim menurut dan membuka pintu gerbang.

“Adrian kalau istrinya digoda sama laki-laki lain langsung meriang. Dulu tukang sayur yang biasa lewat di sini pernah ditegur sama Adrian gara-gara puji kecantikan Sofia,” ucap Pak Warno.

“Adrian emang gitu, jangankan Adrian. Sofia juga pernah negur janda di blok sebelah, gara-gara Adrian pernah tolongin bayarin semua belanjaannya di alfa depan. Lama-lama sering ketemu di alfa depan dan ujungnya malah sampai bawain makanan ke sini buat Adrian. Mereka berdua cemburunya sama,” timpal Pak Tarsim.

Adrian tidak berhenti menghubungi Sofia tapi tetap saja tidak diangkat. Tidak peduli akan kebersihan badannya, yang Adrian pedulikan adalah istrinya, Sofia. Berbagai macam pikiran negatif mulai mengganggu.

Pikiran Adrian kalut, ia semakin mempercepat laju mobilnya. Bapak dua anak itu lebih takut istrinya lari ke pelukan Rava.

Di ruang operasi, Sofia sedang membantu menangani tumor adenoma adrenal, tumor non-kanker. Adenoma adrenal sendiri dimulai dari sel-sel yang biasanya ditemukan di korteks atau lapisan luar kelenjar adrenal.

Rava menghubungi Sofia, karena hanya dia dan satu dokter yang berjaga. Sudah jelas kekurangan tenaga medis. Untung saja Sofia langsung bergerak membantu.

Rava benar-benar terpesona dengan kepiawaian Sofia dalam menangani operasi. Malah Sofia bisa melakukannya sendiri, kedua tangannya berfungsi seimbang, mengambil alat-alat operasi bedah.

Sofia sudah terbiasa melakukan operasi tanpa dibantu asisten atau dokter lainnya. Baginya, sangat mengganggu jika dibantu, yang ada dirinya tidak konsentrasi. Setiap dokter memiliki cara berbeda-beda dalam penanganan pasien dengan berbagai macam keluhan yang terjadi di dalam tubuh.


School Diary [On Going]Where stories live. Discover now