Semangat Belajar!

100 35 215
                                    

Adam dan Naira berjalan beriringan meninggalkan sekolah. Di depan gerbang, sudah ada Pak Warno. Kebiasaan Adam yang selalu berjalan dalam posisi tangan dimasukkan ke dalam kantong celana sambil mengenakan earphone.

Rania yang pulang bersama kedua sahabatnya, sepanjang jalan mereka bertiga tidak pernah lepas dari gelak tawa dan canda. Rania menceritakan tentang Adam saat menyemangati dirinya.

Jeno dan dua temannya juga berjalan di belakang Rania. Jarak rumah mereka berada di dalam satu kompleks perumahan, hanya terpisah oleh blok.

Lain halnya dengan Rayyan. Haris dan Natalia mengijinkan Rayyan membawa sepeda motor agar terhindar dari macet, jalanan Tangerang tidak separah Bandung. Walau keduanya macet, kemacetan Bandung tidak menghabiskan banyak waktu dijalan.

Luna? Bagaimana dengan gadis pindahan itu? Tentunya sudah dijemput oleh supir pribadi keluarganya. Kondisi jalan Luna masih sedikit pincang, gara-gara terkena sekop akibat ketidaksengajaan Rania. Tapi tidak masalah, berkat Adam, luka kakinya perlahan membaik.

"Adam, malam ini jadwal ngajinya pindah, di Masjid Raya Bintaro, jamnya seperti biasa." Saat santai berjalan menuju gerbang sekolah, seraya menepuk pelan bahu Adam, Akbar teman sekelasnya memberitahukan perihal jadwal mengaji.

Adam melepaskan earphonenya. Akbar kembali mengulangi kalimatnya barusan.

"Oke." Adam kembali memasang earphone di telinganya dan berjalan menuju mobil. Dilihatnya Naira sudah masuk ke dalam mobil.

Saat Pak Warno baru menjalankan mobilnya, kedua mata Naira tidak sengaja melihat Rayyan yang baru saja keluar dari sekolah. Benar-benar cowok sempurna. Sudah tampan, ramah, baik, dan memiliki nada bicara lembut. Tidak seperti Adam, yang bertolak belakang sifatnya.

"Nanti di pertigaan depan dekat indomaret berhenti," ucap Adam.

"Siap ganteng!"

Adam mengeluarkan tablet dan mengerjakan tugas kelompok. Sementara, Adam yang mem-back up seluruh tugas. Setelah Rayyan meneliti di laboratorium dengan menggunakan mikroskop, tinggal Adam yang membuat laporan.

Tidak perlu menunggu waktu lama. Mobil yang dinaiki Adam berhenti sesuai arahan.

Dilihatnya, Rania berjalan menuju mobil putih dari arah seberang jalan.

"Maaf ya lama, tadi habis beli camilan."

Pertama kalinya bagi Rania melihat Adam yang tidak memasang earphone dan membaca buku. Awalnya memang laki-laki itu sedang mengerjakan tugas, tapi dimasukkan kembali tabletnya.

Adam terus melihat ke arah jendela. Pak Warno juga heran dengan sikap Adam hari itu. Tidak biasanya, biasanya anak itu sibuk dengan buku yang dibaca.

Tiba-tiba dering ponsel Adam berbunyi, Adam melihat nama di balik layar ponselnya segera menjawab telepon tersebut. Mendadak wajah Rania berubah masam. Siapa lagi kalau bukan Luna yang menghubungi Adam. Tidak habis-habisnya perempuan itu mendekati Adam. Tidak bisa melihat kondisi hatinya yang sedang berbunga-bunga menatap punggung Adam.

"Halo."

"Tidak keberatan kalau makalah kamu yang kerjakan? Aku belum mengerjakan apa-apa sejak masuk UKS tadi."

"No."

"Sudah melihat grup biologi di whatsapp?"

"Belum."

"Pak Nicholas menyuruh setiap kelompok agar makalahnya dibuat dalam tiga bahasa, yakni Inggris, Jerman, dan Arab. Tadi aku sudah menghubungi Rayyan, Rayyan lebih memilih menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris, tinggal Bahasa Arab dan Jerman. Kamu pilih mana?"

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now