Keberuntungan Rania

137 49 328
                                    

Akhirnya, Adam sudah selesai membantu Rania belajar. Untungnya hari ini kedua orang tuanya belum pulang. Jadi, dirinya aman. Selanjutnya, Adam bersiap-siap membersihkan badan, melaksanakan shalat maghrib, setelah itu berangkat mengaji bersama adiknya, Naira. Meski jarak mengajinya jauh dari rumah, tidak menyurutkan semangat Adam. Pak Warno sangat setia menunggu Adam dan Naira, dari mulai mengaji sampai selesai, tetap ditunggu. Terkadang, Mbok Darmi ikut menemani dua anak kesayangannya.

Tentunya, Adam menyuruh Rania untuk pulang. Tapi, Rania sudah diajak oleh Naira untuk mengaji bersama. Awal mulanya bukan Naira yang mengajak, tapi Rania sengaja bertanya tentang pengajian yang sering dihadiri oleh Naira bersama kakaknya. Jelas hal tersebut, membuat Naira mengajak Rania. Tentu saja Rania sangat senang bukan main. Sudah diajari oleh Adam, dapat bonus mengaji bersama Adam.

“Kamu nggak pulang?” tanya Adam.

“Rania ikut ngaji sama kita, Bang,” ucap Naira yang baru saja menuruni anak tangga. Adam membuang napasnya dan berjalan menuju kamar tidurnya.

Naira berlari menghampiri Rania dan mereka berdua melakukan tos. Definisi adik yang membantu kisah percintaan Abangnya.

“Yakin diizinkan sama orang tua kamu, Ran?”

“Sudah dong! Mereka malah senang.”,

“Sudah hampir jam enam sore, mendingan kamu mandi di dalam kamarku. Ada bathup,” ucap Naira.

“Ha? Bathup? Maksudnya bak mandi yang ada di film-film itu?” tanya Rania, Naira mengangguk.

“Kamar aku, Adam, Mama Papa, bahkan kamar Mbok Darmi ada bathupnya. Sengaja disuruh Papa, biar tidak ada kesenjangan sosial. Kalau kamar Pak Warno dan Pak Tarsim tidak ada, karena mereka tidak mau ada bak mandi, cukup shower.”

Rania bertepuk tangan sambil menghitung berapa luas rumahnya Naira. Kamarnya Adam saja lebih luas dari kamarnya. Naira tertawa pelan melihat tingkah lucu Rania. Baginya, memiliki sahabat seperti Rania sangat menyenangkan hatinya. Dalam hati kecil Naira berharap, suatu saat nanti Rania akan menjadi anggota keluarganya.

“Kok bengong? Buruan mandi, Adam itu nggak suka berlama-lama. Langsung ditinggal.”

Rania tersenyum dan berjalan menuju kamar tidurnya Naira. Begitu berjalan menaiki anak tangga, kedua matanya kembali melihat Adam yang habis mengambil sabun dari gudang penyimpanan barang.

Tanpa berbicara satu kalimat pun, Adam meninggalkan Rania dan menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Tidak lupa Adam mengunci kamarnya. Bahaya kalau tiba-tiba Naira main masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Saat kaki Rania menginjak kamar Naira. Ada rasa takjub, kamar luas dan tertata rapi, banyak foto Naira dan keluarganya, ditambah warna kamar Naira selaras dengan warna langit, berwarna biru dan ada hiasan awan di langit-langit kamarnya. Bahkan, di sisi ranjang tidur Naira, ada lampu led bergambar bintang dan bulan, jika dihidupkan dalam keadaan gelap, maka kamar Naira sangat indah dengan penampakan bulan dan bintang.

Rania kembali melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mandi Naira. Benar-benar definisi orang kaya dari lahir. Peralatan mandi Naira sangat lengkap dan tertata rapi. Ada pengatur suhu air, jadi saat mandi bisa memilih ingin air hangat atau air dingin, tinggal diatur saja sesuai keterangan warna.

Tidak heran Adam selalu dibicarakan oleh warga sekolah. Pernah ia mendengar gosip, jika keluarga Adam benar-benar memiliki darah biru. Keluarga Adam juga masih memiliki keturunan berdarah Eropa. Tapi itu hanya gosip, entah benar atau tidak? Adam dan Naira tidak pernah bercerita banyak mengenai latar belakang keluarganya. Yang Rania tahu, Adam dan Naira adalah anak dari pasangan dokter.

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now