Ujian Kenaikan Kelas

18 4 0
                                    

Seluruh siswa dan siswi di Akademi Sampoerna, khususnya SMP dan SMA, serempak menjalankan ujian kenaikan kelas. Pengumuman sudah terpasang di majalah dinding masing-masing sekolah.

Seperti biasa, Kepala Sekolah mengumpulkan seluruh siswa dan siswi dari kelas sepuluh hingga dua belas ke lapangan. Auditorium sedang dalam masa perbaikan, untuk acara wisuda kelas dua belas mendatang.

“Selamat pagi.”

“Pagi, Pak!”

“Selama lima hari kedepan, kalian akan menjalani ujian kenaikan kelas. Ponsel letakkan di dalam kotak yang sudah disediakan. Ingat! Tidak diperbolehkan menyontek, mengobrol, dan lainnya yang mengganggu kegiatan ujian. Ada tiga petugas yang menjaga di setiap masing-masing kelas. Tas diharapkan diletakkan di dalam loker kalian masing-masing. Hanya itu saja, yang Bapak sampaikan. Selamat ujian!”

Siswa dan siswi lainnya kembali ke kelas mereka, menempati kelas sesuai urutan nama yang diberitahukan melalui pengumuman beberapa hari lalu.

Adam berada di ruang pertama bersama Luna. Sedangkan, Rania dan Rayyan di ruang kedua.

“Bisa jawab nggak ya?” tanya Rania.

“Semangat Ran! Lo pasti bisa jawab lancar.”

“Ujian pertama matematika, Ray. Aku mana ngerti. Nggak ada Adam, kurang semangat nih!” Rayyan tahu solusinya agar Rania kembali bersemangat.

Sebelum ujian dimulai, Rayyan mengirimkan video Adam saat melakukan olahraga bersama di salah satu klub. Rayyan sengaja mendokumentasikan Adam saat latihan membuat otot-otot di tubuh sahabatnya.

Melihat video Adam, semangat Rania membara. Ia yakin, dirinya berhasil dalam ujian kali ini. Intinya semangat dan tidak menyerah.

Bel tanda ujian dimulai telah berbunyi. Semua siswa dan siswi kembali fokus pada lembaran soal ujian. Ujian pertama adalah matematika, fisika, dan agama. Seperti biasa, yang beragama Islam, memiliki soal khusus. Begitupun, yang beragama Kristen, Hindu, Katolik, dan Buddha, memiliki soal tersendiri.

Ujian dilaksanakan khidmat. Semua siswa dan siswi berkonsentrasi penuh. Petugas sengaja memberikan dua lembar kertas kosong untuk coretan.

Ada yang berbeda, dengan kelas E. Apa yang diajarkan Adam, ternyata hampir 80% keluar. Jadi, kelas E tidak kerepotan. Tidak sia-sia kemarin belajar keras dari pagi hingga sore hari di rumah Adam.

“Anak kelas E, tumben fokus. Biasanya sudah menyerah.”

Rania yang ingin mempertahankan kursinya, mengerjakan soal pelan-pelan. Memahami soal dan mengingat rumus yang diajarkan Adam.

“Jadi, hasilnya minus. Oke! Jawabannya b, bismillah.” Rania mencontreng kolom jawaban b.

Di ruang pertama, belum ada satu jam. Adam sudah selesai. Soal matematika yang setiap hari ia pelajari, sudah hafal rumusnya di luar kepala. Setelah mengumpulkan soal dan lembar jawaban. Adam sengaja berdiri di depan ruang kedua. Tempat Rania dan Rayyan ujian. Sesekali, Adam melirik ke dalam. Begitu melihat Rania yang fokus mengerjakan soal, ia tersenyum.


***

“Akhirnya ke Belanda!” Naira sangat senang setelah kenaikan kelas, ia bersama keluarga akan pergi ke Belanda.

Di kantin, mereka berkumpul dalam satu meja. Adam, Rania, Rayyan, dan kedua sahabat Rania.

“Ran! Tadi bagaimana ujiannya?” tanya Naira.

“Alhamdulillah lancar. Kamu?” Rania bertanya balik.

“Lancar, tapi kelas E ini bagaimana?” tanya Naira.

School Diary [On Going]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora