Insiden Yang Menjadi Dekat

196 48 326
                                    

Adam segera menyuruh Rania untuk segera pergi sebelum guru atau pihak sekolah memergoki dirinya yang berada di kamar bilas laki-laki.

Sebelum pergi, Rania sempat mengucapkan terima kasih kepada Adam karena telah melindunginya. Meskipun, bagi Adam itu bukanlah sebagai bentuk perlindungan, melainkan sebuah tindakan yang tidak ingin dirinya dirugikan kembali oleh perempuan itu.

"Lebih baik kamu buruan pergi. Cukup kejadian surat yang tidak penting itu. Aku nggak mau ada hal lain yang berkaitan antara aku sama kamu." Nada datar Adam terdengar jelas di telinga Rania. Tidak ada ekspresi sama sekali dalam wajah Adam.

"Terima kasih Adam sudah menyelamatkan diriku. Kalau begitu aku pamit. Bye!"

Adam membuang nafasnya kasar. Kenapa juga ia harus bertemu dengan perempuan seperti Rania? Apa di sekolahnya tidak ada perempuan lain selain gadis itu?

Setelah di rasa aman. Adam langsung keluar dari kolam renang menuju gerbang sekolah. Ayahnya sudah menunggu dirinya. Seharusnya Pak Warno yang menjemputnya. Malah Adrian yang menjemput Adam.

Adrian yang melihat wajah datar putranya segera menanyakan hal apa yang telah terjadi dalam aktivitas sekolah Adam. Apa ada berita tidak menyenangkan yang kembali mengganggu sekolahnya? Apa karena perempuan itu?

"Selamat sore." Begitu Adam sudah membuka pintu mobil, Adrian menyambutnya hangat.

"Sore." Adam langsung duduk di samping ayahnya dan memasang seatbelt sendiri.

Adrian langsung melajukan kendaraannya menuju rumah. Selama di perjalanan, Adam lebih banyak diam dan memilih membaca buku.

"Kamu kenapa, Adam?" tanya Adrian.

"I'm okay, Dad."

"Really?"

"Dulu pertama kali Papa bertemu Mama bagaimana?" Adrian heran mendengar pertanyaan Adam. Tidak biasanya anak itu ingin tahu perihal tentang perjalanan hubungan Adrian dan Sofia. Lain halnya dengan Naira yang selalu ingin tahu tentang apapun.

"Papa sama Mama berantem cuma gara-gara lahan parkir. Mama tidak mau berbicara sama Papa, sampai kalau bertemu, wajah Mama itu datar. Tapi lama-kelamaan Mama takluk juga sama Papa. Mama itu bucinnya terang-terangan. Beda sama perempuan lain."

Adam menyimak cerita hubungan kedua orang tuanya. Kemudian, ia kembali membaca bukunya.


***

Lain halnya dengan Rania, dirinya sangat senang sampai membuat ibunya bertanya-tanya. Hal apa yang telah terjadi kepada putri semata wayangnya?

"Bunda!"

"Tumben banget manggilnya Bunda. Biasanya Mama." Rania terkekeh pelan lalu berjalan menuju kamarnya di lantai atas.

Setelah sampai di dalam kamar, ia membuka ponselnya dan melihat rekaman Adam saat sedang berenang. Senang sekali Rania melihat Adam.

"Adam lo ganteng banget masya Allah. Hati gue sudah berlabuh dan nggak bisa pindah ke lain hati. Pokoknya aku cinta kamu Adam, saranghae."

Rania langsung memutar lagu kesukaannya, ia menari-nari dengan perasaan riang gembira di atas tempat tidurnya. Mendefinisikan kebahagiaan yang sempurna untuk dirinya.

Sementara, di rumah berbeda. Adrian bersama istri dan kedua anaknya sedang bersantai di belakang rumah. Naira tengah menikmati potongan buah segar, sedangkan Adam sibuk membaca buku sambil menyeburkan kedua kakinya ke dalam kolam renang.

Sofia yang melihat Adam diam saja langsung menghampiri suaminya, untuk mengajaknya berbicara mengenai putra pertama mereka. Sofia yakin ada hal tidak beres dalam diri putranya.

School Diary [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang