Rencana Naira & Sofia

164 53 393
                                    

Rania masih diam mematung, kedua tangannya enggan melepaskan seragam milik laki-laki yang dicintainya. Walaupun Adam memarahinya, tetap saja rasa cintanya terhadap Adam kembali membuat Rania bersemangat.

Daripada sedih memikirkan amarah Adam tadi, lebih baik Rania pulang. Lagipula, sebentar lagi malam tiba. Pasti kedua orang tuanya mengkhawatirkan dirinya.

Baru saja Rania ingin mengambil tasnya, Naira menghampiri Rania. Naira sudah tahu kejadian yang menimpa antara Adam dan Rania. Bagaimana tidak tahu? Adam membanting pintu kamarnya cukup keras ketika posisi Naira sedang menggambar.

"Maafkan Adam, seharusnya Adam tidak mengucapkan kalimat kasar padamu. Aku tahu kok, karena Adam kalau sudah kesal selalu berdiam diri di kamarnya. Biasanya di jam sore begini menghabiskan waktunya di belakang rumah."

Rania tersenyum, tidak mengapa kalau hari ini Adam marah padanya. Mungkin hari esok amarahnya sudah reda.

"Kalau begitu aku pamit. Sudah hampir malam. Sampaikan salamku pada Ayah dan Ibumu. Bye Naira! Assalamualaikum."

Selepas kepulangan Rania. Naira menghampiri ayah dan ibunya di kamar lantai atas.

Setibanya di depan pintu kamar kedua orang tuanya. Ketika ingin membuka pintu, akan tetapi pintunya terkunci. Tidak ada suara yang terdengar dari dalam.

Naira berusaha keras memanggil kedua orang tuanya, tetap saja tidak ada jawaban.

Sementara itu...

"Sstt! Pura-pura tidur sayang." Dari dalam selimut, Adrian dan Sofia tidak mengindahkan panggilan Naira. Anak perempuannya itu tidak bisa melihat kedua orang tuanya yang sedang menikmati 'bulan madu'.

"Mama!" teriak Naira memanggil Ibunya.

"Nanti suara Naira habis bagaimana?" Sofia tidak tega melihat Naira.

"Papa!" teriak Naira memanggil Ayahnya.

"Tanggung sayang, belum selesai. Kamu telepon Mbok Darmi. Kesempatan emas tidak boleh dilewatkan." Adrian kesal terhadap Naira, lagipula teman Naira yang tadi bersamanya kemana?

Adam keluar dari dalam kamarnya dan menarik Naira, Adiknya.

"Kayaknya suara Naira sudah tidak ada. Mari lanjutkan!" Adrian dan Sofia kembali menikmati waktu mereka.

Adam sengaja menarik Naira dan membawanya ke dalam kamar.

"Biarkan Papa dan Mama menikmati waktu mereka," ucap Adam di tengah kesibukannya membaca. Naira yang tidak mengerti sama sekali bertanya kepada Adam, seraya menaiki kasur kakaknya.

"Maksudnya waktu mereka itu apa?"

"Anak kecil seperti kamu belum saatnya tahu," jawab Adam santai sambil membalikkan lembaran buku.

Naira teringat akan hal Rania. Ia langsung saja bertanya pada Adam. Adam yang malas membahas Rania, mau tidak mau menjawab segudang pertanyaan Naira. Adiknya yang satu ini benar-benar tidak bisa diam.

"Tadi Abang kenapa tiba-tiba marah sendiri setelah dari lantai bawah?"

"Karena, perempuan itu mencuci seragam abang tanpa menyimak arahan Mbok Darmi."

"Maksudnya?"

"Mengganti pewangi pakaian yang biasa Mbok Darmi gunakan untuk mencuci pakaian Abang, hanya karena lebih wangi. Gadis itu pakai yang kemasan warna biru, itu punya kamu."

"Yang penting wangi dan nggak bau. Lagipula tadi pakaian Abang bersih tanpa ada bekas noda."

"Beda wanginya, Abang nggak suka."

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now