Penilain Tengah Semester (PTS)

94 36 154
                                    

Hari ini seluruh siswa mulai dari SD,SMP, hingga SMA sedang melaksanakan Penilaian Tengah Semester atau biasa disingkat PTS. Baik sekolah negeri maupun swasta sedang sibuk menghadapi berbagai soal dari seluruh mata pelajaran di masing-masing sekolah.

Adam dan Naira sudah siap melaksanakan PTS, begitupun dengan Rania. Bedanya, Rania menjadi lebih semangat. Tekadnya yang bulat demi bisa masuk ke dalam kelas pujaan hatinya, yakni kelas A yang dimana Adam berada di kelas tersebut.

Naira makan begitu lahap menyantap nasi goreng buatan ibunya guna memenuhi amunisi energi di dalam tubuhnya. Adam cukup memakan satu buah potong roti dan segelas susu, sisanya ia akan makan di sekolah nanti saat jam istirahat.

Azka pun sama sibuknya, kali ini ia membawa beberapa makalah untuk dipresentasikan di depan kelas nanti. Adrian sibuk dengan berbagai tumpukan laporan rumah sakit, Sofia dengan jadwalnya yang super padat, selain menjadi seorang ibu, hari ini Sofia bersama tim akan melakukan penyuluhan di salah satu kampus wilayah Jakarta.

“Adam nggak mau makan nasi goreng buatan Mama?” Adam menggeleng.

“Nasi gorengnya bawa ke sekolah Adam yah?” Sofia menyuruh anaknya untuk membawa bekal nasi goreng ke sekolah. Lagi, Adam menolak halus.

Naira, Adik Adam meminta satu permintaan kepada Pak Keenan mumpung kakeknya masih berada di sini belum kembali ke Belanda.

Grandpa,” panggil Naira.

“Apa sayang?”

“Nanti boleh nggak kalau sudah selesai ujian ke Belanda. Naira mau ke Belanda, nggak jadi ke London. Boleh?” pinta Naira memasang wajah imutnya.

“Iya boleh, tapi selesai ujian kenaikan kelas,” jawab Pak Keenan.

“Tapi boleh nggak ajak teman Naira? Rania, Clara, dan Rensya?” Pak Keenan mengangguk.

“Nanti bilang saja tiketnya pesan berapa biar Grandpa yang bayar.”

Naira tepuk tangan seorang diri karena keinginannya selalu dituruti.

“Tumben nggak ajak Natty sama Sorim?” tanya Adam.

“Sorim pulang kampung ke Korea, Natty jalan-jalan ke Swiss. Bosan ke Swiss, sudah empat kali ke sana. Mau ke Belanda, lebih enak makan keju sepuasnya.” Naira menyombongkan dirinya di depan Adam sambil menjulurkan lidah.

“Sudah sudah, masih pagi saudara kembar malah ribut. Buruan makannya, perjalanan Kak Azka ke kampus lumayan jauh.” Azka beranjak dari meja makan menuju garasi rumah untuk memanaskan mobilnya.

Adam dan Naira segera menghabiskan sarapannya dan bersiap menuju sekolah. Pak Warno seperti biasa mengantar Sofia menuju kampus tempat diadakan penyuluhan kesehatan.

Di sudut rumah lain, Rania terus berteriak agar ayahnya cepat mengantarnya ke sekolah. Rania tidak mau telat sampai ia harus memanjat tembok sekolah lagi.

“Pa! Masih lama? Makanya pagi itu makan nasi biar nggak boker terus. Rania telat nih nanti.” Rania menunggu ayahnya selesai.

“Iya iya bawel. Sabar, ayo buruan! Lama.” Rania dengan entengnya memukul perut ayahnya pelan. Ia kemudian pamit kepada ibunya tercinta.

“Bunda Kinar, Rania dan pengawal ingin berangkat sekolah. Doain anakmu sukses! Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, Bunda doain sukses.”

***

Siswa dan siswi SMA Sampoerna berbondong-bondong memasuki ke ruang kelas mereka masing-masing, mulai dari kelas A hingga kelas E. Semua siswa dan siswi diharuskan membawa perlengkapan alat tulis masing-masing dan memberikan ponsel mereka ke Kepala Sekolah. Tidak boleh ada tas di meja mereka masing-masing. Sebelum masuk ke dalam kelas, guru BK memeriksa seluruh badan siswa dan siswi agar tidak menyelipkan lembaran contekan.

School Diary [On Going]Where stories live. Discover now